
BERHARAP RAMAI: Sunarsih, 52, salah seorang perajin rosario di kawasan Gua Maria Sendangsono di sela membuat kerajinan tangan.(IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Perayaan Natal 2020 lalu begitu terasa berbeda bagi Sunarsih, salah seorang perajin kalung rosario di kawasan Gua Maria Sendangsono. Karena situasi pandemi Covid-19, penjualan hasil tangannya berupa alat untuk berdoa umat Nasrani itu menurun drastis. Wanita 52 tahun ini berharap bisa mendapat rejeki dari momentum Natal tahun ini.
IWAN NURWANTO, Radar Jogja, Kulonprogo
Sambil menunggu pembeli, tangan Sunarsih begitu aktif memilin manik-manik untuk dibuat rosario. Meski matanya terlihat terkantuk-kantuk, tak ada satu pun manik yang terlewat untuk dipilin menjadi sebuah bentuk kalung.
Sunarsih sendiri merupakan salah satu perajin rosario di sekitar Gua Maria Sendangsono yang terletak di Kalurahan Banjaroyo, Kalibawang, Kulonprogo. Lokasi Gua Maria Sendangsono sendiri berada di Perbukitan Menoreh.
Untuk menuju tempat itu, juga diperlukan upaya lebih karena jalannya berkelok serta turunan tanjakan. Meski begitu, tetap banyak peziarah yang datang ke tempat itu untuk berdoa dan mengharap keberkahan Natal tahun ini.
Harapan keberkahan Natal tahun ini juga tak hanya diinginkan para umat Nasrani saja. Sunarsih pun juga mengharap berkah dari momentum tersebut. Salah satunya terhadap penjualan rosario buatannya.
Ia menceritakan, situasi pandemi Covid-19 membuat perayaan Natal menjadi cukup berbeda, khususnya di tahun 2020 lalu. Kondisi itu membuat umat Nasrani dilarang datang ke Gua Maria Sendangsono sebagai upaya pencegahan Covid-19.
Sayangnya, hal itu juga berdampak terhadap penjualan rosario milik Sunarsih. Pasalnya, ketika tak ada peziarah yang datang maka tidak ada pula yang membeli hasil tangannya. Tahun kemarin pun ia hanya bisa pasrah.
“Penjualan rosario sekarang sudah sepi, apalagi tahun kemarin pas pandemi. Bisa dibilang lakunya tidak pasti,” ucap Sunarsih saat ditemui Radar Jogja kemarin (24/12).
Sunarsih sudah puluhan tahun berprofesi sebagai penjual sekaligus perajin rosario di Sendangsono. Hasil tangannya bisa berupa gelang dan kalung dengan ornamen salib. Harganya pun beragam, mulai Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Selain menjual rosario, ia juga menjajakan lilin untuk keperluan ibadah.
Pada momentum Natal tahun ini ia berharap penjualan barang-barangnya bisa meningkat. Sebab, pemerintah sudah banyak memberi kelonggaran, khususnya aktivitas peribadatan umat Nasrani di Sendangsono. Sebab sebagai perajin rosario di kawasan itu, ia dan puluhan perajin lainnya hanya bisa berharap pada pembelian para peziarah.
“Semoga tahun ini, saya dan penjual di sini juga bisa mendapatkan keberkahan Natal. Semoga penjualan rosario bisa meningkat dibandingkan tahun lalu,” harap Sunarsih. (laz)