RADAR JOGJA – Banyaknya kucing liar di pasar tradisional, yang tak terurus jadi keprihatinan komunitas Peduli Kucing Pasar (PKP). Komunitas ini rutin menyambangi pasar untuk memberi makanan kucing-kucing liar yang dijumpai.
Diakui pendiri komunitas PKP Jogja Andre Lisnawan komunitas ini berdiri dan mulai bergerak melakukan aktifiatasnya sejak 2016 silam. Menyambangi satu per satu sejumlah pasar di area kota Jogja untuk melakukan street feeding atau aktivitas memberi makan kucing liar di jalanan. “Awal mula masuk ke sejumlah pasar memang nggak mudah ya. Banyak sekali tantangan untuk mengenalkan gerakan kami,” katanya Jumat (26/11).
Andre menjelaskan salah satu tantangan tersebut ialah kerap menemui pedagang atau penjaga pasar yang kurang kooperatif. Karena masih belum banyak yang mengetahui komunitas yang dinaunginya itu. Namun, secara perlahan gerakan kelompok yang dulunya merupakan organisasi sayap dari Animal Friends Jogja (AFJ) salah satu komunitas pecinta hewan itu mulai dikenal. “Dan tidak sedikit pedagang atau penjaga pasar malah ikut membantu kami informasi soal keberadaan kucing di pasarnya,” ujarnya yang juga menyandang gelar dokter hewan itu.
Dia menampik paradigma orang terkait kucing liar yang berada di pasar mampu mencari makan sendiri. Justru kucing-kucing liar tersebut banyak diantaranya merasa kelaparan, sakit atau dibuang oleh si pemiliknya. Maka, gerakan ini menjadi salah satu fokus untuk sekaligus mengedukasi mereka di area pasar. “Kami tidak hanya memberi makan, relawan juga bisa dibilang bertanggung jawab terhadap kucing liar di pasar tempat masing-masing,” jelasnya.
Saat ini ada sebanyak 50 relawan yang setiap hari bergerak ke 41 pasar melakukan street feeding. Selain memberi makan, mereka juga mendat, merawat kucing yang sakit, sterilisasi atau mengangkat organ reproduksi kucing, mengontrol jumlah kucing, serta merekomemdasikan adopter. Rata-rata dalam satu pasar yang bergerak sekitar satu hingga lima relawan. “Jadi sebenarnya kami masih butuh banyak relawan, mungkin ada yang berminat,” ajaknya.
Adapun tugas para relawan ialah tidak terpaut dengan waktu. Dengan waktu senggang mereka bisa bergerak turun ke pasar secara bergantian. Namun, dalam hal ini memang dinilai butuh relawan yang memiliki empati lebih saat melihat kucing terlantar. Sebab, tak jarang para relawan menemui kucing dalam kondisi sekarat. “Kalau hanya sekedar hobi memang tak cukup ya, untuk bia melakukan hal-hal baik kepada kucing,” terangnya.
Di lapangan, pernah mereka temui kucing dengan kondisi mengenaskan. Seperti, kulit dan bulu kucing yang baru saja tersiram air panas. Sehingga bulunya habis tak tersisa. “Itu kita rawat sampai sembuh dan akhirnya bisa normal kembali. Lalu ada yang tertabrak, dipukul, itu macam-macam. Setiap minggu selalu ada seperti itu,” tambahnya.
Setiap harinya, relawan bisa mensterilkan minimal dua ekor kucing. Dan 68 ekor kucing pasar per bulannya Kucing pasar yang disterilkan diberi tanda pada bagian telinga (eartrip) guna mencegah sterilisasi dilakukan dua kali atau untuk memudahkan pencarian. Hal ini penting untuk mengendalikan laju perkembangan kucing di pasar. “Soal pembiayaan, 60 persen biasanya biaya operasional Komunitas Peduli Kucing Pasar berasal dari dana pribadi atau iuran para anggota relawan, sisanya adalah donasi,” jabarnya.
Mereka juga bekerja sama dengan pet shop, klinik atau dokter hewan untuk mendapat potongan harga saat membeli makanan kucing, perawatan dan lainnya. Meski diklaim, memang tidak mencukupi kalau sumber dana dari donasi saja, setiap hari hampir 500 kucing pasar yang diberikan makan. Bahkan masih bisa lebih. Mereka membuka donasi lewat Instagram @pedulikucingpasar. “Yang penting jangan menyakiti karena itu sudah termasuk beda lagi, bukan tidak suka. Ada pasalnya juga kalau penyiksaan. Boleh tidak suka kucing asal tidak menyakiti,” imbuhnya. (wia/pra)