RADAR JOGJA – Isu resisi global belum terlihat secara signifikan. Namun Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman mulai mengantisipasi dengan meningkatkan kinerja ekspor.
Kepala Disperindag Sleman Mae Rusmi Suryaningsih mengatakan, sejumlah pakar ekspor telah diajak diskusi. Tujuannya untuk memetakan produk apa saja yang laris di pasar ekspor pada tahun ini. Sehingga komoditi ekspor dapat menyesuaikan dan tidak mlempem. “Kami harus tahu di luar itu trennya lagi apa, modelnya sedang seperti apa,” ujarnya kemarin (15/1).
Sejauh ini, permintaan ekspor masih pada beberapa tren yang cukup familiar. Di antaranya fashion, mebel, makanan, anyaman, hingga alat-alat kesehatan. “Namun memang ekspor ini kadang-kadang tidak terduga. Seperti kemarin IFEX (Indonesia International Furniture Expo) 2022 kita ikut, memang optimis hanya atau ada yang deal. Tapi ternyata deal-nya justru luar biasa,” bebernya.
Mae berharap, resesi tidak akan berdampak besar pada kinerja ekspor khususnya di Sleman. Oleh karena itu, program peningkatan kapasitas terus digencarkan. Kualitas produk menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan ekspor. Termasuk upaya membuat pameran-pameran yang mendatangkan banyak buyers. “Ya kalau terkait resesi itu memang ada sedikit pertimbangan-pertimbangan. Dengan keyakinan bahwa produk yang diekspor dari Kabupaten Sleman adalah berkualitas bagus,” sebutnya.
Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan, setidaknya ada 90 ribu UMKM yang harus dikurasi dan ditingkatkan kualitasnya. Sebab pasar ekpor sangat potensial. Oleh karenanya, pelaku UMKM harus menangkap peluang itu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. “Banyak potensi yang selama ini kurang koordinasi, kedua banyak data ternyata ini dari Sleman. Banyak barang yang sudah dikirim ke Malaysia, Amerika dan sebagainya ini perlu ada koordinasi (untuk, Red) mendata semua,” ungkap Kustini. (lan/eno)