
SEBAGAI TANDA: Warga melintasi patok jalan tol di kawasan Sayegan, Sleman kemarin (10/11). Sosialisasi pembebasan lahan tol Jogja-YIA yang akan melintasi tiga kabupaten itu masih menunggu jadwal Pemprov DIJ.(ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Tahap sosialisasi pembangunan tol Jogja-YIA akan segera dimulai. Dari tiga kabupaten terdampak, tahap awal sosialisasi difokuskan di Kulonprogo. Rencananya, sosialisasi akan digelar mulai 21-30 November.
Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Dispertaru) DIJ Krido Suprayitno mengaku, belum bisa memastikan target sebaran titik lokasi penyelenggaraan sosialisasi. Sebab setiap kalurahan atau desa, jumlah lahan yang terdampak tidak merata. Sehingga lahan yang sedikit terdampak, sosialisasinya akan dijadikan satu tempat.
Namun pada prinsipnya, di tiap lokasi ada sekitar 200-500 peserta atau pemilik lahan yang berasal dari sejumlah kalurahan atau desa terdampak. “Tiga kalurahan kita jadikan satu kalau dikumpul jumlahnya nggak sampai 200. Kalau jumlahnya banyak, putusan kemarin kita (gunakan, Red) di lokasi seperti Taman Budaya Kulonprogo karena itu kan cukup untuk 500 peserta,” bebernya kemarin (10/11).
Tim persiapan yang akan melakukan sosialisasi terdiri dari unsur Pemprov DIJ, Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan PPK Jalan Tol. Tim akan menjelaskan terkait desain dan titik mana saja yang akan terdampak pembangunan tol. Termasuk terkait regulasi dan prosedur pembebasan lahan. “Karena nanti BPN kan punya tim sendiri setelah tim kami dari Pemprov DIJ selesai. Nanti dari tim BPN ada tim pelaksana,” jelasnya.
Seperti diketahui, trase Tol Jogja-YIA memiliki panjang kurang lebih 38,75 kilometer. Yang akan melintasi Sleman, Bantul, dan Kulonprogo. Dengan total 11 kapanewon dan 30 kalurahan. Oleh karena itu, proses pembebasan lahan akan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian untuk meminimalisir dampak sosial dari proyek pembangunan tersebut.
Menurut Krido, pemerintah daerah juga sudah merekap sejumlah fasilitas publik yang bakal terdampak proyek tol. Seperti masjid, makam, hingga fasilitas umum. “Sudah kami rekap, justru nanti ketika sosialisasi itu kita evakuasi apakah betul data-data itu,” sebutnya.
Sementara untuk waktu sosialisasi di Sleman dan Bantul, kata Krido, masih dalam pembahasan. Setelah sosialisasi selesai, akan diteruskan dengan tahapan konsultasi publik. Tahapan itu bertujuan untuk mencapai kesepakatan warga yang harapannya semua setuju lahannya dipakai untuk pembangunan jalan tol. Dengan demikian, dapat mempercepat proses izin penetapan lokasi (IPL).
“Penerbitan IPL nantinya sangat tergantung dari pembahasan saat konsultasi publik, jadi semoga masyarakat dapat memberikan dukungannya,” ucapnya.
Di Kabupaten Sleman, ada empat Kapanewon bakal dilewati tol Jogja-YIA.
Meliputi Mlati, Gamping, Godean, dan Moyudan. Di Kapanewon Mlati akan melewati Kalurahan Tirtoadi. Sedangkan di Kapanewon Gamping melewati Kalurahan Trihanggo, Nogotirto, Banyuraden, Ambarketawang, dan Balecatur.
Sementara di Kapanewon Godean melintasi Kalurahan Sidoarum. Dan di Kapanewon Moyudan bakal melewati Kalurahan Sumberrahayu.
“Tahapan persiapan leadingnya di Provinsi. Kami masih menunggu rapat koordinasi setelah itu seluruh tim persiapan, baru menyusun jadwal sosialisasi,” ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan tanah Jalan Tol Jogja-Solo Dian Ardiansyah.
Meskipun sosialisasi tol Jogja-YIA akan dimulai, Dian memastikan pembangunan tol Jogja-Solo masih terus berlanjut. “Khususnya di pengadaan tanahnya,” katanya.
Tol Jogja-Solo sepanjang 49,25 kilometer diketahui terbagi dalam tiga seksi. Seksi I menghubungkan Jawa Tengah dan DIJ, tepatnya Kartasura-Purwomartani. Seksi II menghubungkan Purwomartani-Maguwoharjo, dan seksi III yakni ruas Trihanggo-Junction Sleman. Tol Jogja-YIA, disebut Dian masuk dalam seksi III. “Seksi I sudah banyak pembayaran. Seksi II masih tahap musyawarah. Seksi III persiapan,” tandasnya. (wia/lan/eno)