RADAR JOGJA – Harga telur ayam broiler di tingkat peternak berangsur menurun mendekati normal. Harga telur tertinggi berkisar di angka Rp 27.500 per kilogram (kg), kini menurun kisaran angka Rp 24.700 – Rp 25.100 per kg.
Peternak asal Ngaglik Cahyaditya Pratama Putra mengatakan, harga normal telur berkisar Rp 23.000 – Rp 25.000 per kg. Kenaikan harga telur belakangan ini disebutnya, dampak dari pencairan program keluarga harapan (PKH). Menyebabkan permintaan telur tinggi dalam beberapa minggu terakhir hingga harga telur terseret naik.
“Peningkatan permintaan dari pedagang yang mendapatkan jatah PKH sekitar 50-100 persen. Tingginya permintaan inilah yang menjadikan harga telur naik,” terang dia, kemarin (1/9).
Kenaikan harga telur beberapa minggu terakhir terbilang drastis. Menurutnya, jika kenaikan harga telur dikarenakan pakan, semestinya lonjakan harga naik perlahan menyesuaikan harga pokok produksi (HPP). Dia berharap, penurunan harga telur ini tidak drastis.
Asisten Sekda Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Sleman Budiharjo mengatakan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Sleman telah melakukan rapat koordinasi dan inspeksi pasar, ke produsen, distributor, dan pedagang pasar.
Harga telur naik karena permintaan konsumen juga naik sebesar 20 persen adanya pencairan program bantuan sosial pemerintah PKH. Di sisi lain, terjadi pada saat pemenuhan kuantitas telur di pasaran baru mencapai 40 persen. “Pascamenurunkan populasi ternak ayam beberapa waktu lalu akibat harga telur mengalami penurunan signifikan hingga di bawah break event point (BEP),” bebernya.
Dia menjelaskan, ketersediaan telur di Kabupaten Sleman mencukupi. Kebutuhan masyarakat akan ketersediaan telur, dipasok dari berbagai daerah. Seperti Boyolali dan dari Jawa Timur.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ahmad Ma’ruf mengungkapkan, kenaikan komoditas pangan wajar terjadi sebagaimana hukum ekonomi. Permintaan barang tinggi menyebabkan harga naik. Kendati begitu, kenaikan harga perlu ditekan agar tidak terjadi lonjakan yang signifikan dan berlangsung lama. “Sebab, jika harga naik berlama-lama dampaknya, harga produksi yang menggunakan komoditas tersebut sebagai pembuatan bahan baku, juga turut naik. Peran pemerjntah dalam mengendalikan harga sangat diperlukan,” tambahnya. (mel/bah)