
KOMITMEN: Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIJ Bobby Ardyanto, Ketua Badan Promosi Pariwisata DIJ GKR Bendara, dan Kabid Industri Dispar DIJ Fitri Dyah Wahyuni.(MEITIKA CANDRA LANTIVA/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Sektor pariwisata menjadi lokomotif perekonomian di Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ). Oleh karena itu, pariwisata harus mampu menjawab kebutuhan pasar. Salah satunya
bertransformasi menjadi pariwisata sehat dan nyaman.
Transformasi yang dimaksud adalah pariwisata harus dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak merupakan hal wajib diperhatikan. Termasuk fasilitas prokes lainnya, sebagaimana menjadi persyaratan utama. Tersedianya kode QR untuk mengakses PeduliLindungi. Mengantisipasi persebaran Covid-19. “Karena ini menjadi salah satu syarat wisata sehat, maka sektor wisata harus siap dengan adaptasi ini,” ungkap Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIJ Bobby Ardyanto dalam kegiatan sharing session World Tourism di Sahid Raya Hotel, Sleman, Senin (27/9).
Demikian juga sesuai instruksi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) objek wisata, hotel, dan restoran didorong memiliki sertifikat Cleanless Healthy Savety dan Environment (CHSE), serta memastikan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung.
Untuk mendorong pariwisata sehat sesuai kebutuhan pasar khususnya untuk turis, maka upaya ini harus dilakukan dengan kolaborasi. Menggandeng berbagai pihak. Mulai dari masyarakat hingga pemerintah. Bagaimana menjaga keamanan pariwisata di tengah pandemi.
Pemerintah juga diminta untuk memberikan kemudahan akselerasi pada obyek wisata, yang sampai saat ini belum mengantongi persyaratan izin buka. Sehingga apabila nantinya PPKM levelnya menurun, dapat segera buka. “Kebutuhan sekarang pariwisata yang berkualitas. Pariwisata sehat menjadi sport tourism yang harus ditekankan,” tandasnya.
Begitu juga produk lainnya. Semua menyesuaikan kebutuhan pasar. Meski adaptasi membawa perubahan besar bagi sektor pendukungnya. Misalnya produk-produk wisata sehat, kuliner sehat dan lain-lain. Termasuk produk Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) agar memperhatikan pelayanannya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata DIJ GKR Bendara mengatakan, pariwisata di DIJ mulai menggeliat. Kendati begitu belum berjalan mulus. Artinya, masih ditemui pengunjung di luar persyaratan sebagaimana instruksi pusat. Dan tak sedikit pula yang akhirnya putar balik karena tidak memenuhi persyaratan tersebut. Seperti tidak memiliki aplikasi PeduliLndungi, keterbatasan handphone, hingga pengunjung anakanak di bawah 12 tahun. Ada pula terkendala sinyal. “Namun demikian masyarakat harus bersabar. Sementara kita patuhi aturan pemerintah pusat,” ungkap GKR Bendara.
Dia pun memaklumi tempat wisata yang telah mencuri start. Namun prinsipnya, kerumunan harus dipecahkan. Selama mengacu pada prokes diizinkan. “Sebagaimana di Malioboro, yang perlu diperhatikan bukan ramainya di Malioboro tetapi bagaimana wistawan itu bisa aware kesehatan dan kemrumunan di mana saja itu bisa dipecahkan. Karena bagaimana pun juga masyarakat jogka juga butuh pergerakan ekonomi,” bebernya.
Ke depan untuk menunjang pariwisata maka inovasi paket wisata harus diperhatikan. Pihaknya berupaya menggandeng dari lintas sektor dan mengajak pelaku wisata untuk beetransformasi menuju pariwisata sehat. “Kalau berkaitan dengan kendala sinyal akses PeduliLindungi kalau dari DIJ sih tidak masalah ya menggunakan kartu vaksin fisik. Ini pun sudah kita ajukan ke pusat dengan prosedur sebagaimana mestinya, tetapi balik lagi kita patuhi kebijakan dari pusat,” ucapnya. (mel/din)