RADAR JOGJA – Naga sepanjang 150 meter turut memeriahkan HUT Proklamasi Kemerdekaan 76 Indonesia di Dusun Gowok, Caturtunggal, Depok Sleman. Wujudnya berupa layangan raksasa yang terpasang di lorong jalan Naga Muda.

Layangan naga itu terbentang di ruas jalan wilayah RT 05, RW 02 Dusun Gowok Caturtunggal, Depok, Sleman. Salah satu inisiator dan pembuat layangan, Agus Triyanto menceritakan awal mula terpasangnya sang naga.

HUT RI: Layagan naga terbentang di ruas jalan wilayah RT 05, RW 02 Dusun Gowok Caturtunggal, Depok, Sleman. (DWI AGUS/RADAR JOGJA)

Agus menjelaskan, layangan raksasa sejatinya kerap dilombakan atau terbang di kawasan pantai selatan Jogjakarta. Sayangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat sang naga tak bisa terbang sementara waktu.

“Ini sebenarnya layangan naga. Pas waktunya 17 Agustus, lalu nama jalan ini nogo mudo (naga muda) pas banget dengan layangan naga. Makanya dari saya pribadi ingin memeriahkan kampung dengan nempelin ini (layangan naga),” jelasnya ditemui di Selasar jalan Naga Muda, Senin (16/8).

Layangan naga ini terbukti panjang. Terbentang dari perbatasan RT 4 hingga kawasan RT 6. Total panjang dari kepala hingga ekor naga mencapai 150 meter.
Agus menuturkan, proses pembuatan layangan mencapai 3 bulan. Selain dia, adapula 2 teman lainnya yang turut merakit layangan tersebut. Hingga akhirnya mulai terpasang 8 Agustus 2021.

“Kalau nama menyesuaikan nama jalan di sini juga naga muda. Akhirnya kasih nama naga muda. Kalau malam menyala ada lampu agar meriah saat malam,” katanya.

Dalam kondisi normal, layangan naga ini bisa terbang. Agus menceritakan dia dan temannya memang hobi membuat layangan naga. Untuk kemudian diterbangkan di wilayah pantai selatan Jogjakarta.

Untuk menerbangkan layangan raksasa ini setidaknya membutuhkan tenaga minimal lima orang. Dua orang memegang bagian kepala naga. Sementara tiga orang lainnya mengendalikan badan naga.

“Sering ikut lomba sebelum ada PPKM. Biasanya di pantai Parangkusumo tapi karena kondisi (PPKM), akhirnya semua ditutup tidak bisa terbang. Lalu ditempelkan di gang untuk memeriahkan acara 17 Agustus,” ujarnya.

Walau sebagai hiasan, pembuatan layangan naga tetap total. Kepala terbuat dari bambu dilapisi spon. Rangka badan dan sayap terbuat dari serat fiber. Sementara untuk sayap terbuat dari sayap.

Pasca pemasangan layangan naga, kampungnya mendadak ramai. Mayoritas melakukan swa foto dan video di lorong jalan. Tentunya dengan latar belakang layangan naga. “Dipasang sampai akhir bulan Agustus. Karena kampung tidak ada acara lomba, jadi ya gini saya untuk memeriahkan Agustus. Ramai akhir-akhir ini, biasanya selfie sama bikin video,” katanya. (dwi/ila)

Sleman