RADAR JOGJA – Masyarakat Mlangi masih belum mengambil langkah terkait pembangunan tol di wilayah setempat. Meski proses sosialisasi pembangunan tol seksi III Solo-Jogjakarta-YIA direncanakan bulan depan, warga Mlangi masih menunggu keputusan akhir dari desain trase tol.

Perwakilan warga Mlangi Muhammad Mustafid menjelaskan, kalangan pesantren, takmir Masjid Pathok Negoro, serta para tokoh masyarakat telah menyiapkan respons terkait berbagai kemungkinan yang ada. Termasuk, jika pembangunan nantinya melanggar tata perundang- udangan keistimewaan yang ada.

Namun, untuk saat ini yang dilakukan oleh masyarakat hanya menunggu hasil akhir desain trase tol. ”Harapannya tidak melewati wilayah Mlangi,” harap Mustafid Rabu (24/3).

Pihaknya, juga telah menyampaikan aspirasi ke Pemprov DIJ. Seperti ke Kepatihan, Dispertaru DIJ, Dinas Kebudayaan DIJ serta Pengulon Keraton. Pihak-pihak tersebut, kata Mustafid, cukup responsif dan akan akan menyampaikan aspirasi warga Mlangi ke pihak terkait.

Hingga saat ini, masyarakat Mlangi belum melayangkan surat ke penanggungjawab pembangungan tol untuk kedua kalinya. Surat terakhir yang dilayangkan, adalah surat kepada kementerian PUPR tentang permohonan pengalihan rute agar trase jalan tol tidak melewati Kawasan Cagar Budaya Masjid Pathok Negoro Mlangi dan wilayah penyangganya.
”Minimal, tidak memotong jalan utama masuk Mlangi dari Ring Road Barat,” jelasnya.

Pria yang menjabat sebagai Sekretaris Yayasan Nur Iman Mlangi ini mengatakan, sejauh ini masyarkat mendapat info akan dilakukan pemindahan. Hanya, opsinya sedang dikaji agar dipastikan tidak lagi menabrak objek vital.
Sebelumnya, penggeseran pertama dari rencana trase awal dilakukan ke arah timur sejauh 100 meter. Hanya saja desain tersebut masih memotong jalur utama kawasan Mlangi dan masih berada di dalam area Kawasan Cagar Budaya Strategis Masjid Pathok Negoro Mlangi.

Oleh karena itu, opsi lain disampaikan dengan penggeseran ke arah timur lagi yang tidak memotong jalur utama, atau melewati kawasan barat Sungai Bedog. ”Yang malah lurus, dan tidak berkelok-kelok,” katanya.
Secara teknik, kedua opsi tersebut masih dimungkinkan, sebagaimana pendapat para ahli transportasi yang memberikan opini ilmiah secara independent. “Masyarakat Mlangi juga siap mendatangkan tim ahli tersebut dan menyampaikan presentasi secara terbuka, atau di hadapan pihak-pihak terkait,” imbuhnya.

Sementara itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Kementerian PUPR Totok Wijayanto menjelaskan masih mencari solusi terbaik dalam menentukan trase tol Jogja-YIA. ”Kami masih mencari yang terbaik, dan tentu tidak bisa memuaskan satu pihak,” katanya kemarin. (eno/bah)

Sleman