RADAR JOGJA – Penggunaan handy (HT) untuk sarana pembelajaran daring di kawasan blank spot Kapanewon Cangkringan, belum kembali digalakkan. Pasalnya, pemkab masih memberlakukan pembatasan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) mikro.

Panewu Cangkringan Suparmono menyelesaikan pemberlakukan HT untuk belajar secara daring setelah kebijakan PTKM mikro selesai dijalankan. Meskipun, penggunaan HT untuk kebencanaan sudah tak se-intensif bulan lalu. ”Semenjak erupsi Merapi mengarah ke barat daya dan pengungsi Dusun Kalitengah Lor, dipulangkan,” kata Suparmono Jumat (12/2).

Dijelaskan, untuk sementara kegiatan pembelajaran secara daring melalui WhatsApp. Sedangkan bagi pelajar yang berada di area blank spot, tetap mengambil soal manual ke sekolah.

Meski pun demikian, pihaknya tetap mendorong sistem pembelajaran menggunakan HT di seluruh kalurahan se-Kapanewon Cangkringan. Sebab, pembelajaran melalui HT dinilai lebih fleksibel dan tak memakan pulsa, meski tak bisa menatap satu sama lain. “Tidak hanya di area blank spot saja, harapannya ke depan merata di semua Kalurahan,” jelas pria yang akrab disapa Pram.

Sejauh ini, sebutnya, tiga sekolah yang sudah menggunakan HT, yakni SD Bronggang Baru, Argomulyo, SD N 1 Kepuharjo dan SD Pusmalang. Meski telah dipasang wifi, namun jumlahnya masih terbatas. ”Rata-rata di kantor kalurahan saja. Sedangkan di Glagaharjo, mayoritas areanya blank spot,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman Ery Widaryana mengatakan, pembelajaran luring akan dilakukan penundaan hingga batas yang belum dapat dipastikan. Tentunya berdasarkan imbauan ataupun kebijakan pemerintah pusat.

Sebagaimana diketahui, sekolah luring yang awalnya akan di gelar 1 Februari dilakukan dua kali penundaan hingga batas PTKM skala mikro selesai pada 22 Februari mendatang. “kami taati aturan pemerintah. Semoga Covid-19 lekas landai,” tuturnya.

Disebutkan, kegiatan belajar mengajar daring menjadi metode pembelajaran baru di tengah pandemi. Namu diakui, kendala sinyal kerap terjadi selama proses kegiatan. Terutama bagi warga yang tinggal di lereng Merapi atau wilayah sisi Utara.

Kendati begitu, beberapa wilayah sudah bekerjasama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI). Sehingga dapat memanfaatkan HT sebagai media belajar mengajar. “Kalau di wilayah timur, tengah dan sisi barat, saya rasa tidak ada kendala sinyal belajar daring,” pungkasnya. (mel/bah)

Sleman