RADAR JOGJA – Dinas Kesehatan Sleman terus berupaya menekan angka kematian pasien Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Salah satunya dengan memaksimalkan penanganan di rumah sakit rujukan. Khususnya atas ketersediaan tempat tidur kritikal dan non kritikal bagi pasien Covid-19.

Disatu sisi upaya ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Jajaran Dinas Kesehatan Sleman harus terus berkoordinasi dengan seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di Sleman. Khususnya terkait penambahan instalasi penanganan Covid-19 di masing-masing rumah sakit.

“Karena siklusnya berawal dari penanganan di rumah sakit, maka masih terus mengusahakan untuk menambah kapasitas bed. Baik yang non kritikal maupun yang kritikal. Untuk penambahan kritikal ini memang tidak mudah tetapi kita terus mengimbau pengelola rumah sakit bisa meningkatkan kapasitas kritikal tersebut,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo ditemui di Kantor Setda Pemkab Sleman, Selasa (2/2).

Joko mengatakan kendala utama adalah ketersediaan ruang kritikal. Tidak semua rumah sakit rujukan Covid-19 dapat menyediakan fasilitas ini. Walau sifatnya seperti ICU namun tetap perlu peralatan khusus.

ICU bagi pasien Covid-19, lanjutnya, harus terpisah. Ruangan wajib memiliki tekanan negatif dan tidak terkoneksi dengan ruangan lainnya. Ini karena potensi penularan Covid-19 cukup tinggi.

Berdasarkan data Dinkes Sleman, hanya ada 6 rumah sakit yang memiliki ruang kritikal. Mulai dari RSUP dr Sardjito, RSA UGM, Jogja Internasional Hospital, RS Hermina, RSUD Sleman dan RS PKU Gamping. Sementara total rumah sakit di Sleman mencapai 25 rumah sakit.

“Total ruang ICU Covid-19 ada 32 ruangan. Paling banyak itu Sardjito sebanyak 25 unit. Dari total enam ini yang bisa menambah baru RSUP Sardjito dan RSA UGM,” katanya.

Joko menambahkan,dari total ruang kritikal tersebut mayoritas sudah terisi. Khususnya rumah sakit selain RSUP dr. Sardjito. Sehingga untuk saat ini RSUP dr. Sardjito menjadi satu-satunya tumpuan penanganan pasien kritikal di Sleman.

Upaya penambahan ruang kritikal masih terus diupayakan. Salah satu yang masih berproses adalah RSUD Prambanan. Tercatat rumah sakit ini akan mendirikan 1 ruang kritikal Covid-19. Sementara untuk RSUP dr. Sardjito telah bertambah dari 25 unit menjadi 40 unit.

“Satu-satunya harapan tinggal di Sardjito yang mungkin masih bisa menerima. Tapi masalahnya rumah sakit ini kan tidak hanya menerima pasien dari Sleman saja. Pasien dari kabupaten kota lain juga ikut dirawat disitu,” tambahnya.

Penambahan ICU Covid-19 tidak bisa asal. Joko mencontohkan penambahan kapasitas kritikal di RSUD Sleman. Awalnya rumah sakit ini memiliki 11 ruang ICU. Untuk peningkatan fasilitas Covid-19 harus mengorbankan 4 ruang ICU.

Selain itu juga ada pemetaan zonasi di setiap rumah sakit. Untuk ICU Covid-19, lanjutnya, wajib dalam zona hijau. Artinya area tersebut harus steril atau non infeksius.

“Zona hijau itu non infeksius, zona kuning itu infeksius non airborne, kalau yang merah itu airborne. Satu saja di zona merah, itu nanti kanan kirinya jadi zona merah juga. Jadi memang tidak bisa asal mendirikan kritikal,” katanya. (dwi/sky)

Sleman