RADAR JOGJA – Sebanyak 77 kasus positif Covid-19 kembali ditemukan di pendidikan berasrama pada Rabu (25/11). Meskipun demikian, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di pondok pesantren (ponpes) tersebut masih dilakukan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Sleman, Novita Krisnaini menjelaskan jika pembelajaran dilakukan secara ketat dengan mematuhi protokol kesehatan bagi siswa yang tidak positif Covid-19.

Satgas di lokasi tersebut juga diperkuat untuk mengawasi penerapan prokes.
Ponpes tersebut, dirasa sudah menerapkan prokes ketat. Hanya, adanya potensi penularan dari pihak lain yang datang ke wilayah tersebut. ”Seperti tukang laundry, guru dari luar bahkan keluarga yang menjenguk,” kata Novita Kamis (26/11).

Novita menyebut total keseluruhan kasus di pondok pesantren ada 78 orang. Sebelumnya, ditemukan satu kasus karena salah satu siswa sakit dan melakukan pemeriksaan. ”Kira-kira satu minggu lalu,” jelasnya.

Setelah dilakukan tracing, didapatkan 77 kasus tambahan positif Covid-19. Yang mana semuanya adalah siswa usia SMP-SMA.

Sebelumnya, mereka yang terjangkit juga memiliki gejala seperti batuk dan pilek, hingga hilangnya indra perasa. Setelah dilakukan koordinasi dengan gugus tugas dan puskesmas setempat, siswa positif dilakukan isolasi mandiri. ”Tapi mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan nama sekolah terkait,” lanjutnya.

Isolasi mandiri yang dilakukan di lingkungan pendidikan berasrama, akan diawasi langsung oleh puskesmas dan satgas tingkat kalurahan. Serta, dilakukan disinfeksi secara masif selama 3 hari berturut-turut.

Kebijakan selanjutnya, jelas Novita, tracing tidak dilakukan lagi. Hanya, nantinya jika ada siswa atau santri yang bergejala harus langsung melakukan isolasi mandiri.

Dengan kejadian seperti ini, Novita mengimbau jika nantinya pendidikan tatap muka dilakukan, maka prokes harus dijalankan secara ketat. Inovasi dari setiap sekolah seperti waktu belajar yang dipersingkat, hingga masuk secara bergilir juga harus dilakukan. Jika nanti prokes dijalankan dengan baik, Novita yakin penularan Covid-19 bisa diminimalisasi.

Hanya saja, ia masih khawatir akan anak-anak yang masih belum paham betul menjalankan prokes. “Seperti saat jajan, membuka masker dan ngobrol bersama teman-temannya,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sleman Ery Widaryana menuturkan jika sekolah tatap muka di 2021 hanya akan dilakukan saat sekolah sudah siap. Mulai dari sarana prasarana, pengaturan kapasitas kelas yang tidak boleh lebih dari 50 persen, mengatur alur keluar masuk siswa, serta mendapatkan izin rekomendasi dari orangtua siswa.

Nantinya, pembelajaran tatap muka dimungkinkan akan dilakukan dua hari dalam seminggu. Dengan waktu yang juga dibatasi. Sejauh ini, mayoritas sekolah di Sleman baik SD dan SMP siap untuk menyelenggarakan tatap muka. Hal ini karena sejak satu bulan lalu, disdik telah meminta sekolah untuk mempersiapkan diri. “Diperkirakan pada 6 Januari 2021 mendatang, adalah awal masuk semester genap,” jelas Ery. (eno/bah)

Sleman