RADAR JOGJA – Pasien klaster perusahaan swasta bidang telekomunikasi di Sleman terus bertambah. Tercatat ada penambahan lima kasus baru per hari ini (16/10). Akumulasi kasus untuk klaster ini mencapai 90 kasus.

Upaya tracing terhadap klaster ini masih berlangsung. Tindakan ini untuk memetakan dan meminimalisir sebaran kasus Covid-19. Terutama di wilayah kerja perkantoran tersebut.

“Total hari ini sudah 90 kasus dengan penambahan terbaru 5 kasus. Kalau kantornya memang belum ditutup tapi protokol kesehatannya ketat,” jelas Jubir Penanganan Covid-19 Pemkab Sleman Savitri Nurmala Dewi, Jumat (16/10).

Evie, sapaannya, menjelaskan secara detil munculnya klaster ini. Berawal dari hasil pemeriksaan kesehatan satu karyawan perempuan yang telah memiliki gejala sejak 21 September. Pasca pemeriksaan tersebut muncul kasus-kasus lainnya. Penularan berlangsung cepat dalam lingkungan perkantoran. Terlebih sistem kerja perusahaan membuat kontak antar karyawan semakin erat.

Rumah sakit tempat pemeriksaan kesehatan karyawan berinisiatif menghubungi Dinkes Sleman agar melakukan tracing atas temuan kasus positif Covid-19. Diketahui bahwa gelombang awal klaster ditemukan 19 kasus.

“Ada keterlambatan WFH (work from home). Begitu ada karyawan bergejala (Covid-19) pada 21 September malah tidak diterapkan WFH. Gejala padahal sudah muncul pada tanggal itu,” katanya.

Tracing diawali dengan uji swab PCR kepada 58 karyawan. Dari total tersebut sebanyak 43 karyawan dinyatakan positif per 9 Oktober. Pasca setelahnya muncul 23 kasus dan terakhir 5 kasus hari ini.

“Dinkes Sleman dilapori dan akhirnya datang (ke kantor perusahaan) tanggal 8 Oktober, padahal adanya kasus sejak September. Dan ternyata tidak WFH,” ujarnya.

Pada awalnya Satgas Penanganan Covid-19 Sleman menyarankan menghentikan seluruh kegiatan perkantoran. Sayangnya hingga saat ini perusahaan tersebut tetap beroperasional. Walau begitu upaya disinfeksi terhadap gedung perusahaan tersebut tetap berlangsung rutin.

Dalam kesempatan ini Evie meminta agar karyawan maupun manajemen perusahaan disiplin prokes Covid-19. Termasuk mengistirahatkan karyawanya apabila memiliki gejala Covid-19. Diketahui bahwa kasus awal memiliki gejala flu dan demam.

“Ada gejala flu tapi tidak segera periksa. Memang kesannya flu itu biasa, tapi situasi pandemi harus lebih waspada. Lalu dengan sadar tidak keluar rumah dan tidak bertemu orang. Tetap periksa kesehatan, walau mungkin flunya biasa,” katanya. 

Head of Sales area DIJ, Magelang, Wonogiri XL Axiata Yudith Sabrina menegaskan tidak ada satupun karyawannya yang positif Covid-19. Total kasus berasal dari mitra kerja perusahaannya. Kebetulan lokasi kantor masih dalam satu gedung.

Dia tak menampik puluhan pasien tersebut adalah karyawan PT. Vads. Perusahaan ini adalah mitra kerja dalam pelayanan call center. Sistem kerja antara kedua perusahaan tak saling berkaitan.

“Bukan karyawan kami, setahu kami sudah 80an kasusnya. Secara gedung memang sama tapi berbeda perusahan dan beda akses masuk. Hubungan Vads lebih ke kontak center mitra kerja kami,” ujarnya.

Upaya antisipasi diawali dengan rapid diagnostic test (RDT) kepada seluruh karyawan PT. XL Axiata. Sementara untuk protokol kesehatan (prokes) Covid-19 telah berlaku sejak awal pandemi. Tak hanya untuk karyawan, tapi juga kepada pelanggan yang datang ke kantor tersebut.

“Setiap hari juga melakukan penyemprotan disinfektan. Baik pagi dan sore hari setelah pulang kerja,” katanya.(dwi/tif)

Sleman