
TKP: Kondisi di MI Qurota'ayun, Blotan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Salah seorang siswanya kini sudah tiga minggu tidak masuk sekolah. ( SEVTIA EKA NOVARITA/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Salah seorang siswa MI Qurota’ayun, Blotan, Wedomartani, Ngemplak SAGH sudah sejak 10 Februari lalu tidak masuk sekolah. Bahkan kini dia sedang menjalani perawatan intensif di RS Bethesda. Terkait penyebabnya belum diketahui.
Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Qurota’ayun, Muh Afifuddin mengaku SAGH adalah siswanya. Alasan yang diterima sekolah, SAGH tidak masuk sekolah karena sedang berada di rumah sakit. “Benar anak atas nama SAGH adalah siswa kami. Saat ini masih dirawat di RS Bethesda dan belum tahu sakitnya apa,” jelas Muhammad Afifuddin, ditemui di sekolah, Jumat (20/2).
Terkait penyakit yang diderita siswa kelas 1 itu, Afif menampik adanya perundungan maupun penganiayaan. Menurut dia, penganiayaan itu jika korban dipojokkan, kemudian dipukuli. “Itu tidak ada. Karena kejadiaannya berdasarkan penelusuran kami itu mau salat Duha,” katanya.
Dugaan penganiayaan berdasarkan unggahan a tangkapan layar berisi pesan di akun Twitter @Mummy_Nduty. Pesan tersebut berisikan ada seorang anak yang diduga menjadi korban bully dari teman-temannya di sekolah. Dan mengalami luka dalam yang serius, yakni bagian dalam perut anak.
Kejadian sebenarnya, versi sekolah, berawal saat korban, SAGH tengah mengantri wudu. Selanjutnya terjadi kejadian tersebut. Afif membahasakan, korban sempat bersenggolan dengan siswa lainnya. Afif sempat menunjukan lokasi wudu mushola tersebut. Dia berdalih tempat wudu sangatlah sempit. Sehingga saat mengantri bisa saling menyenggol. Hanya saja dia tetap menelusuri lebih dalam kejadian tersebut. “Lokasi antrean wudu di musala sekolah tidak cukup luas. Entah itu dipukul atau terpukul, saya kurang tahu juga karena itu belum kami telusuri lebih lanjut,” ujarnya.
Dia juga sempat menanyai siswa kelas 6 yang disebutkan sempat memukul SAGH. Namun, siswa tersebut tidak mengaku dan justru menangis lantaran anak tidak merasa melakukan apa yang dituduhkan kepadanya. “Saya juga tidak mengetahui kapan pastinya kejadian itu menimpa korban,” jelas Afif.
Sebagai bentuk tanggunga jawab. Sekolah juga telah bertemu dengan keluarga korban. Jika dibutuhkan, pembiayaan perawatan siap ditanggung pihak sekola jika benar sakit yang diderita disebabkan kekerasan di sekolah. “Akan dilakukan mediasi dengan keluarga, jika keluarga berkenan akan kami tanggung biaya perawatan,” tambah Afif.
Mediasi yang dilakukan bagi dua orang anak dan dua keluarga, tambah Afif, adalah upaya sekolah untuk mencari jalan keluar dari persoalan ini. Serta wujud taggungjawab sekolah atas keterlambatan merespon kejadian tersebut. “Bukan menyalahkan atau membenarkan satu pihak,” ungkap Afif.
Sedang saat dikonfirmasi Kepala Humas RS Bethesda Adhiyatno Priambodo membenarkan adanya kesamaan informasi dengan postingan di akun Twitter @Mummy_Nduty. Mulai dari alamat pasien, keluhan sakit dan penanganan. Hanya saja dia tak mengetahui secara pasti penyebab sakit.“Benar ada matching antara cerita di sosial media dan data milik kami. Pertama rujukan dari klinik Sadewa, usia anak sembilan tahun, keluhan sakit dan alamat orangtua. Nama anak inisial SAGH,” jelasnya ditemui di RS Bethesda.
Dia menjelaskan, pasien masuk RS Bethesda lewat IGD. Kemudian pada Kamis malam dilakukan operasi. “Setelah itu, dilakukan rawat inap di salah satu ruang pasien anak-anak di RS Bethesda sampai saat ini,” tuturnya.
Saat dimintai keterangan terkait diagnosa penyakit pihaknya belum berani memberikan penjelasan. Alasannya belum bertemu dengan dokter yang menangani pasien tersebut. Adhiyatno menambahkan SAGH pada Kamis (13/2) malam dilakukan penanganan berupa operasi pada bagian perut. Dan yang menangani adalah dokter bedah spesialis anak. “Jadi ada dua dokter, yang satu dokter spesialis anak dan satunya dokter spesialis bedah,” katanya. (cr1/dwi/eno/pra)