SLEMAN – Proses pengadaan tanah untuk Taman Budaya Sleman (TBS) di Berjo Kulon, Sidoluhur, Godean gagal. Penyebabnya, tidak ada kesepakatan harga antara pemilik tanah dan tim apraisal.
Salah seorang warga yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan, harga yang ditawarkan pemerintah rendah. Per meter per seginya Rp 350 ribu.
“Padahal untuk tanah di pinggir jalan harganya bisa Rp 3,5 juta. Lalu petak yang tengah dihargai Rp 350 ribu,” kata dia di Dusun Berjo Kulon (27/6).
Tanah tersebut merupakan lahan pertanian produktif. Mayoritas ditanami padi. Luasnya mencapai tiga hektare. “Tanah ini ada yang milik perseorangan, produksi padi juga bagus, sebenarnya sayang kalau dilepas,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Sleman, Aji Wulantara membenarkan gagalnya proses pelepasan tanah tersebut. Pihaknya harus mencari alternatif lahan untuk TBS.
“Pengadaan tanah di Godean belum bisa direalisasikan, karena tidak ada kecocokan harga. Pemilik lahan tidak cocok dengan harga dari tim apraisal,” jelas Aji.
Dikatakan, sebenarnya tim aprasial telah menetapkan harga yang rasional dan pasti. Sesuai standar harga yang terukur. Tetapi masyarakat menggunakan asumsi sendiri.
“Permintaan masyarakat ada yang Rp 2 juta per meter persegi. Sementara tim appraisal menentukan harga Rp 750 ribu per meter persegi,” kata Aji.
Pemkab mengalihkan calon lokasi dan mencari lokasi alternatif. “Kalau tanah pengganti dapat di Godean ya tetap di Godean. Tapi kalau tidak, ya pindah,” ungkapnya.
Pembangunan TBS masih melalui tahap yang panjang. Setelah proses pengadaan tanah selesai, pembangunan TBS rencananya pada 2020-2021. Proyek menggunakan dana keistimewaan (Danais) Rp 34 miliar.
Pemilihan Godean sebagai lokasi TBS merujuk pada konsep kiblat papat lima pancer. Seluruh penjuru di Sleman harus tersentuh pembangunan, tidak hanya di kota saja. Sehingga TBS bisa jadi ikon Sleman Barat. (har/iwa/fj)