
PENUH KUNJUNGAN: Tempat parkir di Tlogo Putri Kaliurang penuh kendaraan, Selasa (1/1). Objek wisata di Lereng Merapi ini masih menjadi jujukan wisatawan. (ELANG KHARISMA D/RADAR JOGJA)
SLEMAN – Manajemen persampahan di Kaliurang harus ditingkatkan. Buktinya, usai pesta pergantian tahun, beberapa Kaliurang penuh sampah. Dihasilkan dari pengunjung yang sembarangan membuang sampah. Plus sedikitnya jumlah tempat sampah.
Pantauan Radar Jogja di Tlogo Putri Kaliurang, hanya ada sekitar 14 tempat sampah. Dua di antaranya merupakan tempat pengumpulan sampah sementara. Lainnya hanya tempat sampah berdiameter 50 cm. Tingginya satu meter.
Jika ada seribu pengunjung, dan masing-masing membawa botol minuman atau bungkus makanan. Jumlah tempat sampah itu tidak mencukupi. “Dari dulu tidak berubah. Masih kumuh,” ujar pengunjung dari Klaten, Sri Suryadi.
Menurut dia, pengelolaan Tlogo Putri kurang profesional. Kios tidak terawat. Kurang bersih. “Apalagi tempat sampah. Jumlahnya minim,” ujar Sri Suryadi.
Sebelumnya, Kawasan Kaliurang diklaim sudah berbenah. Salah satunya dengan program Kaliurang Bersolek. Namun belum maksimal.
“Sekarang banyak tempat wisata baru. Saya harap tempat ini juga berbenah. Agar tidak kalah dengan wisata baru tersebut,” pesan Sri Suryadi.
Penjaga pintu masuk Kaliurang, Sri Purwanti mengatakan, rata-rata 2.000 pengunjung per hari datang ke Kaliurang. Baik menggunakan kendaraan pribadi maupun bus. “Ada juga yang naik motor,” ujar Sri Purwanti.
Tahun ini jumlah pengunjung tidak seramai sebelumnya. Pada malam tahun baru, terdapat 2.629 pengunjung. Pada tahun lalu, pengunjung mencapai 3.000 orang.
Peningkatan kunjungan terjadi di Tebing Breksi. Pada pengujung 2018 per hari ada 10.000 kunjungan. ‘’Pada hari biasa hanya 1.000 kunjungan,” kata pengelola Tebing Breksi, Eko Nursetyawan.
Namun di Tebing Breksi kondisi persampahan sama dengan Tlogo Putri. Wisatawan membuang sampah sembarangan. Ada juga yang membuang sampah di kolam. Membuat pemandangan tidak sedap. Air menjadi keruh.
Persoalan persampahan di Sleman belum terurai tuntas. Ketersediaan lahan diklaim menjadi kendala. Penyususnan masterplan persampahan tersendat.
“Kami baru susun masterplan persampahan di Sleman. Saat ini kami dorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat,” ujar Kabid Kebersihan dan Pengelolaan RTH, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Junaidi. (har/iwa/fn)