Dari Ajang Water Intec 2014 di Kampus UII
Ketersediaan air bersih kian memperihatinkan. Apalagi saat musim kemarau seperti sekarang. Bahkan masyarakat di kawasan perbukitan Prambanan mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih.
DI sisi lain, air bersih yang mengalir di lingkungan perkotaan justeru tercemar oleh aktivitas industri. Atau setidak-tidaknya terkotori oleh limbah rumah tangga. Itu mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Melalui kompetisi bertajuk “Water Innovation and Techno-logy (Water Intec)” Universitas Islam Indonesia (UII) mengajak para mahasiswa berinovasi men-ciptakan alat yang dapat me-ningkatkan kualitas air.
“Ajang ini untuk merangsang kreativitas mahasiswa,” ujar Rektor Dr Ir Harsoyo MSc di sela pembukaan acara di Inner Hall Gedung Fakultas Teknik SIpil dan Perencanaan (FTSP) kemarin (19/9).Harsoyo menegaskan, institusi pendidikan turut bertanggung-jawab untuk memberikan kontribusi dalam memcahkan persoalan air bersih. Dengan pendekatan ilmiah, kampus mendorong pihak sivitas aka-demika untuk menghasilkan penelitian dan inovasi tekno-logi pengolahan air bersih.
Menurut Harsoyo, keter sediaan air bersih selalu menjadi tantangan. Sebab, masalah ter-sebut membutuhkan solusi, mengingat peningkatan jumlah populasi penduduk dan aktivi-tas kehidupan tak sebanding dengan penyusutan persediaan air tanah.Faktanya, meski Indonesia dikenal sebagai negara yang bercurah hujan tinggi, banyak penduduk mengalami kesulitan memperoleh air bersih. Itu lan-taran akses untuk memperoleh layanan air bersih tidak me-rata.
Dekan FTSP Dr Ing Widodo Brontowiyono MSc menam-bahkan, kompetisi tak sekadar mencari pemenang. Lebih dari itu, manfaat yang dihasilkan dari penelitian bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat. “Peserta juga memperoleh manfaat secara maksimal,” katanya.Ketua Panitia Water Intec 2014 Adam Ikhya mengatakan, enam kampus terpilih untuk mem-presentasikan karya pada babak final. Yakni, UII Jogjakarta, ITB Bandung, Undip Semarang, Universitas Brawijaya Malang, UMM Malang, dan ITS Surabaya. “Harapan kami, even ini dapat memantik kepedulian para mahasiswa terhadap lingkungan di sekitarnya,” ucapnya.
Pada sesi pertama, tim dari UMM Malang mendemonstrasikan alat temuan mereka. Alat sederhana berkonsep portabel itu dinamai “Amarta”. Alat ini dapat me-murnikan air sungai sehingga siap minum. (yog/laz/nn)