RADAR JOGJA – Mahasiswa UGM berhasil mengembangkan inovasi teknologi berupa aplikasi layanan ramah disabiltas yang diberi nama Accessive.id. Aplikasi ini menyediakan informasi aksesibilitas suatu tempat bagi penyandang disabilitas. Baik untuk disabilitas fisik, lansia, orang sakit maupun khalayak lainnya.

Muhammad Faqih Husaen selaku pengembang aplikasi Accessive.id menuturkan ide terciptanya aplikasi ini. Tujuan utama adalah memfasilitasi mobilitas disabilitas. Sehingga bisa merencanakan kunjungan ke tempat tujuan dengan lebih mudah.

“Tak hanya membantu disabilitas saja, tetapi aplikasi ini juga membantu bagi yang memiliki lemah fisik seperti ibu hamil, lansia, maupun orang sakit,” jelasnya saat bincang-bincang di Ruang Fortakgama UGM, Senin (30/1).

Faqih mengungkapkan pengembangan aplikasi ini berawal dari kondisi dirinya. Juga pengalaman almarhum kakaknya yang merupakan disabilitas daksa. Ia dan sang kakak memiliki keterbatasan gerak karena menderita duchenne muscular dystrophy (DMD).

Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami penurunan fungsi otot dan mengalami kelumpuhan kaki. Kondisi tersebut menginspirasinya untuk membuat aplikasi yang dapat membantunya dan para penyandang disabilitas. Terutama dalam mengakses infromasi layanan yang ramah disabilitas.

“Sebagai penyandang disabilitas daksa sering menemui tempat yang tidak aksesibel serta tidak ada fasilitas bagi penyandang disabilitas. Tidak adanya fasilitas dan akses bagi disabilita sini jadi membatasi saat beraktivitas,” katanya.

Mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM angkatan 2019 ini mulai mengembangkan aplikasi Accessive.id sejak tahun 2020 . Pengembangan dilakukan dengan pendanaan dari program 1000 Satrtup Digital Kemenkominfo.

Faqih merancang aplikasi itu bersama dengan kedua rekannya yakni Bima Indra Permana  dari Magister Manajemen UGM) dan Gaksa Gantara alumnus SV UGM. Pria asal Turi, Sleman ini menyebutkan bahwa saat ini aplikasi masih berada dalam tahapan beta testing. Namun masyarakat sudah bisa mengakses aplikasi ini melalui playstore secara gratis.

Accessive.id, lanjutnya, memiliki empat fitur utama Mulai dari pencarian tempat, detil aksesibilitas tempat, ulasan, serta open collaborative platform. Melalui fitur pencarian tempat, pengguna dapat menelusuri tempat melalui maps maupun list.

“Lalu lewat fitur detail aksesibilitas, pengguna bisa melihat informasi yang tersedia di suatu tempat seperti fasilitas ram, deskripsi audio dan fasilitas lainnya untuk semua disabilitas, lansia, serta kelemahan fisik lainnya,” ujarnya.

Berikutnya, fitur ulasan menyediakan tempat bagi penggunaan untuk bercerita dan membagikan pengalaman tempat-tempat yang telah dikunjungi. Terakhir fitur open collaborative platform memberikan kesempatan bagi pengguna untuk membantu menambahkan berbagai informasi layanan disabilitas yang dimiliki suatu tempat.

Bima mengatakan pengembangan aplikasi diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat. Terutama untuk bisa lebih peka terhadap kebutuhan penyandang disabilitas. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas ramah disabilitas.

“Data yang berhasil dikumpulkan ada 80 informasi tempat yang ada di Jogjakarta seperti kampus, tempat makan, hotel, stasiun, tempat ibdah dan lainnya. Kami pun akan terus menambah informasi tempat lainnya,” kata Bima.

Aplikasi ini turut berkompetisi dalam ajang International Intellectual Property atau IPITEX di Bangkok Thailand pada 1 hingga 7 Februari 2023. Bangkok International IPITEX merupakan kegiatan pameran invensi yang mempertemukan para inventor dan peneliti. (dwi)

Pendidikan