Siapa bilang di rumah saja tidak bisa menghasilkan apa-apa. Jamaludin Nur Rido buktinya. Selama pandemi Covid-19 duta petani milenial Kementerian Pertanian itu tak ke mana-mana. Namun dia justru sukses dalam berkarya.
PEMUDA bertubuh subur itu masih berstatus mahasiswa aktif. Dia kuliah di Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa).
Meski usianya masih begitu belia, pemikiran sosok 24 tahun itu untuk membangun dunia pertanian patut diacungi jempol.
Pandemi Covid-19 sejak awal 2020 malah menjadi berkah baginya. Terlebih sejak dihentikannya kuliah tatap muka dan diganti daring dari rumah masing-masing.
Sejak saat itu, Jamal, sapaan akrabnya, merasa memiliki banyak waktu luang. Dia pun mencoba merintis usaha sesuai bidang keilmuan yang dia peroleh di kampus.
Mahasiswa semester 5 Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan itu pun mencoba jualan bibit buah-buahan. “Dulu (awal pandemi Covid-19, Red) kami dipulangkan ke daerah asal untuk kuliah daring. Ternyata banyak waktu luang. Momen ini harus saya manfaatkan untuk melakukan kegiatan yang produktif,” ungkap warga Jogja itu.
Jika semula hanya untuk mengisi waktu senggang, tak disangka usaha yang digeluti Jamal terus berkembang.
Item produk pertanian yang dia pasarkan bertambah. Ada tanaman hias, kompos, hingga sekam bakar. Semuanya dia sendiri yang mengolahnya. “Saya hanya memanfaatkan peluang sesuai permintaan konsumen,” ungkapnya.
Jamal tak butuh modal besar untuk mengembangkan usahanya. Dia mengaku hanya menggunakan sebagian uang bantuan pembelajaran yang disisihkannya. Setelah dirasa cukup, uang yang dia kumpulkan itu dipakai untuk modal awal. “Saya bisa menghemat uang bantuan pembelajaran untuk modal karena selama kuliah daring tinggal di rumah orang tua,” katanya.
Bergelut di dunia usaha memang bukan hal baru bagi duta petani milenial Kementerian Pertanian itu. Jamal mulai belajar bisnis sejak duduk di bangku SMA. Ketika itu dia aktif membantu usaha pertanian orang tuanya. Yakni memproduksi baglog jamur.
Namun, usaha itu tak terkelola dengan baik karena kesibukan kedua orang tuanya. Jamal lantas berinisiatif mengembangkannya menjadi usaha budidaya jamur. Ada jamur kuping dan tiram. Dia juga mulai membudidayakan jamur lingzhi. Langkahnya tak keliru. Usaha budidaya jamur itu berhasil menambah pundi-pundi keuntungannya. “Lumayan sudah ada sekitar 10 ribu baglog. Omset sebulan kira-kira Rp 10 juta-Rp 15 juta,” ungkapnya.
Jamal menjalankan usahanya tidak berdiri sendiri. Semuanya saling berkaitan. Dari situlah dia melabeli produknya dengan merek “Jamal Farming”.
Jamal bahkan bisa memperluas jejaringnya dengan melibatkan tetangga dekat. Khususnya sesama generasi Z. Perannya sebagai penyuluh pertanian swadaya pun sangat bermanfaat bagi masyarakat. “Sudah menjadi tanggungjawab saya sebagai duta petani milenial untuk turut meresonansikan semangat agrosociopreneur pemuda lain. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini,” ujar Jamal.
Hebatnya, meski sibuk menjalankan usaha, Jamal tak lupa kewajibannya sebagai mahasiswa. Tercatat IPK-nya konsisten di angka 3,9. Bahkan pada semester 4 di mampu meraih IP 4.00.
Kiprah Jamal mendapat apresiasi khusus Direktur Polbangtan YoMa Bambang Sudarmanto. Terlebih sebagai mahasiswa dan agrosociopreneur, Jamal cukup disibukkan dengan beragam agenda menjadi narasumber di berbagai forum wirausaha. Namun, prestasi akademiknya tetap menonjol.
Padahal dia juga didapuk sebagai sekjen DPM Korwil DIJ dan aktif di berbagai organisasi petani. “Jamal ini merupakan mahasiswa yang cerdas, baik secara akademik maupun sosial. Luar biasa” pujinya.
Bambang berharap, kiprah Jamal bisa menginspirasi mahasiswa lainnya. Khususnya di Polbangtan YoMa.
Generasi milenial seperti Jamal inilah yang menjadi harapan kemajuan sektor pertanian ke depannya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kehadiran petani milenial sangat penting. Generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. “Saya yakin di tangan generasi milenial yang adaptif, inovatif dan kreatif, sektor pertanian akan maju pesat,” ungkap Mentan.
Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. “Sudah saatnya pertanian dikelola generasi milenial dengan kreativitas dan inovasinya,” tuturnya.(yog)