
AJANG: Sebanyak 278 tim robot dari 107 perguruan tinggi di Indonesia siap berkompetisi dalam ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Wilayah yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Puspresnas Kemdibud Ristek). (DWI AGUS/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Pandemi Covid-19 tak menyurutkan minat perserta Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Wilayah. Terbukti Sebanyak 278 tim robot dari 107 perguruan tinggi di Indonesia siap berkompetisi dalam ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Wilayah yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Puspresnas Kemdibud Ristek), terbukti dinanti.
Setiap tim telah menyiapkan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk bertarung di masing-masing kategori kompetisi. Kompetisi digelar secara daring mulai 22 September hingga 1 Oktober 2021 dengan UGM sebagai tuan rumah penyelenggara.
“KRI Wilayah dikelompokkan dalam dua bagian yakni KRI Wilayah I dan KRI Wilayah II. Dalam KRI Wilayah I diikuti 140 tim mahasiswa dari 54 perguruan tinggi di wilayah Indonesia bagian Barat.
Lalu, KRI Wilayah II diikuti 138 tim mahasiswa dari 53 perguruan tinggi di wilayah Indonesia bagian Timur,” jelas Koordinator Pokja Dikti Puspresnas Rizal Alfian ditemui di Grha Sabha Pramana UGM Jogjakarta, Kamis (23/9).
Rizal memastikan pandemi Covid-19 tak akan menyurutkan kontes robotika tahunan ini. Meski ada beberapa penyesuaian untuk penilaian dan skema perlombaan. Ini karena peserta menjalani dengan daring.
Terlepas dari itu tak ada perubahan konsep kontes robotika. Tujuan utama tetap memfasilitasi minat, ide, serta kreativitas mahasiswa dalam bidang teknologi robotika. Lebih jauh adalah mengembangkan robot diluar kompetisi.
“Dari KRI ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki segudang talenta di bidang robotika. Harapannya kedepan hasilnya bisa digiring ke industri. Jadi solusi akan persoalan diĀ masyarakat melalui robot dan teknologi,” katanya.
Salah satu dewan juri KRI Benyamin Kusumoputro menuturkan 2021 adalah tahun istimewa. Merupakan penyelenggaraan kompetisi kedua kalinya secara daring. Alhasil banyak tantangan yang harus dijawab para peserta.
Tantangan pertama mewujudkan fairness. Setiap tim memiliki kemampuan teknologi dan infrastruktur yang sama. Adapula fairplay yaitu tim yang berkontes bisa bermain dengan jujur.
Pelaksanakan kompetisi daring secara fairness terbilang sulit. Ada ketidaksamaan infrastruktur di setiap wilayah Indonesia. Terutama untuk jaringan internet di Pulau Jawa dengan diluar Pulau Jawa.
“Terkait persoalan jaringan seperti terjadi delay di Pulau Jawa biasanya berlangsung 3-5 detik, tetapi di luar Pulau Jawa delay terjadi lebih dari 10 detik. Jadi masalah karena kompetisi berlangsung secara real time maka perbedaan delay itu jadi persoalan,” ujarnya.
Permasalahan semakin bertambah dengan adanya kerusakan jaringan internet. Diketahui bahwa beberapa hari ini jaringan kabel laut di Indonesia putus. Alhasil koneksi internet terjadi penurunan kapasitas dan kecepatan.
“Ada perubahan proses penjurian. Penilaian akan dilakukan dengan mengambil rata-rata nilai dari beberapa kali pertandingan. Takutnya saat tim bermain dapat giliran putus koneksi sehingga diambil beberapa kali pertandingan dan ambil rata-ratanya,” katanya.(dwi/sky)