RADAR JOGJA – Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM merespon atas beberapa hipotesa gejala Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) varian baru di Jogjakarta. Upaya ini diawali dengan pemeriksaan Whole Genome Sequencingb(WGS). Tepatnya milik pasien Covid-19 yang terindikasi terpapar varian baru.
Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM Gunadi menuturkan penelitian berlangsung secepatnya. Hanya proses ini baru bisa terlaksana pekan depan. Tepatnya pemeriksaan dan penelitian terhadap WGS.
“Pemeriksaan whole genom sequencing mungkin baru bisa minggu depan untuk Jogjakarta. Tapi kami sudah dapat beberapa laporan,” jelasnya dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (25/5).
Gunadi memaparkan beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di Jogjakarta telah melaporkan sejumlah temuan. Tentang adanya indikasi varian baru Covid-19 di Jogjakarta. Temuan-temuan ini memiliki indikasi kuat gejala Covid-19 varian baru.
Laporan yang sama juga muncul dari Dinas Kesehatan DIJ. Seluruhnya melaporkan sampel Covid-19 memenuhi kriteria. Sehingga sesegera mungkin diprioritaskan penelitian WGS.
“Dari Kemenkes itu ada 6 kriteria. Antara lain kasus penularan terjadi secara cepat, terinfeksi meski sudah divaksinasi, penularan pada kelompok tidak rentan seperti anak-anak, orang yang baru mendarat dari luar negeri, munculnya kasus reinfeksi, serta kasus kematian dengan komorbid penyakit menular lain seperti HIV,” katanya.
Kriteria-kriteria ini, lanjutnya, merupakan adaptasi dari hasil penelitian World Health Organization (WHO). Merupakan kajian terhadap sebaran Covid-19 di negara sumber varian baru. Sehingga kriteria ini dapat menjadi acuan dan antisipasi sebaran Covid-19 varian baru di Indonesia.
Pihaknya kini telah melakukan penelitian terhadap sampel tenaga kesehatan RSUD Cilacap Jawa Tengah. Pasien ini terpapar setelah berinteraksi dengan anak buah kapal (ABK) Filipina. Hasilnya bisa diketahui pekan depan.
“Ada 12 sampel yang kami periksa. Sifatnya membantu Balitbangkes dan hasilnya baru pekan depan. Jadi kalau di Jogjakarta secara resmi belum bisa dibilang sudah ada varian baru, karena belum ada pemeriksaan genomik,” ujarnya.
Gunadi tak mempermasalahkan pernyataan dari Kadinkes Sleman Joko Hastaryo. Menurutnya pernyataan tersebut adalah hipotesa. Landasannya adalah sejumlah kemiripan gejala dengan Covid-19 varian India.
Gunadi memaparkan Indonesia telah mengirimkan 1.171 sampel virus Covid-19 kepada platform data virus influenza internasional (GISAID). Dari total sampel tersebut sebanyak 45 sampel mengandung varian baru. Detilnya 16 sampel adalah varian Inggris, 27 varian India dan 2 varian Afrika Selatan.
“Kalau dari 45 sampel itu, tidak ada yang dari Jogjakarta. Tapi belum terdeteksi bukan berarti tidak ada karena belum dilakukan whole genome sequencing,” katanya.(dwi/sky)