RADAR JOGJA – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengeluarkan dana sekitar Rp 6 miliar untuk mengawal pandemi Covid-19 yang telah berlangsung setahun lebih. Dana yang besar nilainya tersebut di antaranya digunakan untuk pembelian alat-alat dan kebutuhan yang berkaitan Covid-19. Mencegah terjadinya penyebaran virus di kampus yang terletak di Jalan Brawijaya, Ringroad Barat, Tamantirto, Bantul tersebut.

“Dana tersebut untuk meminimalisasi penyebaran virus di kampus kami, sehingga mahasiswa, dosen, dan segenap civitas akademika UMY merasa nyaman datang ke kampus,” ujar Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya Keuangan dan Aset, Dr Suryo Pratolo MSi Ak CA AAP-A kepada Radar Jogja usai Media Gathering di Gedung AR Fachruddin A, Kampus UMY, Senin (3/5) petang.

Dikatakan, dana tersebut digunakan untuk pembelian seratus buah tempat cuci tangan, sabun cair, dan 150 hand sanitizer yang disebar di kampus. Juga untuk pengadaan 2.700 pax takjil gratis bagi mahasiswa UMY yang terdampak Covid-19.

“Namun kami memiliki unit yang mampu mengadakan hand sanitizer maupun takjil bagi mahasiswa kami. Bahkan kami juga sering mendapatkan pesanan makanan untuk berbuka dari luar, karena kami punya UMY Boga. Sehingga ada pemasukan juga ke UMY. Hand sanitizer kami produksi sendiri oleh tenaga ahli dan mahasiswa yang mampu membuatnya. Untuk bahan dasarnya, seperti spiritus, kami beli dari Pabrik Gula Madukismo,” ujar Suryo.

Media gathering dihadiri pula oleh Rektor UMY Dr Gunawan Budiyanto, dan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Internasional Dr Achmad Nurmandi MSc. Sedangkan Gunawan Budiyanto menegaskan, tugas jurnalis media arus utama di saat pandemi cukup berat. Karena harus melawan kabar bohong yang lebih banyak tersebar di media sosial. Sehingga harus bisa membuat berita yang menenangkan di kala pandemi.

“Masyarakat banyak yang percaya dengan kabar yang berasal dari media sosial. Padahal apa yang disebarkan oleh netizen tersebut belum tentu benar. Namun, tanpa check and recheck, netizen yang minim literasi, dan tidak melakukan konfirmasi ke pihak yang berwenang, langsung ‘share’ tanpa disaring dahulu,” kata Gunawan.

Dikatakan, UMY memiliki sebanyak 23 ribu mahasiswa, saat ini sudah mulai kembali lagi ke Yogya untuk melakukan kuliah secara blended. Campuran antara kuliah luring dan daring. Di UMY telah dilakukan perkuliahan blended tersebut dengan persentasi kuliah luring 70 persen dan kuliah daring 30 persen.

‘’Kapan pandemi ini akan berakhir? Kita semua tidak tahu. Paling tidak, pembelajaran harus tetap jalan di UMY,’’ kata Gunawan.

Menurut Gunawan, bukan tidak mungkin, masyarakat akan hidup berdampingan dengan virus tersebut. Sehingga harus tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. UMY pun telah menerapkan prokes ketat di kampus. Saat memasuki kompleks UMY, tamu dan civitas akademika UMY wajib diukur suhunya.

UMY juga telah melakukan KKN langsung datang ke lokasi. Praktik Kuliah Kerja Nyata (KKN) tersebut tersebar di 324 lokasi di Kulonprogo dan Gunungkidul. KKN dilakukan dengan prokes ketat agar tidak terjadi penyebaran virus melalui program KKN.

‘’Kami juga pernah didatangi oleh para pengusaha indekos di sekitar kampus. Mereka menanyakan, kapan kuliah luring dimulai lagi. Karena mahasiswa yang ngekos di tempat mereka banyak yang pulang kampung karena kuliah daring. Sehingga mereka kehilangan penghasilan, padahal kos-kosannya dibangun dengan pembiayaan kredit bank,’’ kata Gunawan.

Agar perkuliahan menuju ke era new normal, maka UMY berencana untuk mengembalikan proses perkuliahaan 100 persen seperti semula pada September 2021. ‘’Namun dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat. Jika staf akademika UMY tidak memakai masker di dalam kampus, kami denda Rp 100 ribu. Makan bersama tidak diperbolehkan. UMY memiliki 670 dosen dan sekitar 300 karyawan,’’ ujar Gunawan.

Upaya tersebut dilakukan UMY agar tidak terjadi penyebaran virus di lingkungan kampus. Dengan kebijakan perkuliahan luring yang persentasenya diperbanyak, maka saat ini sudah semakin banyak mahasiswa kembali ke Jogja.

UMY pun telah memiliki alat GNose, PCR test, dan Swab Antigen Test sendiri. Sedangkan jika diperlukan, UMY memiliki lokasi self isolation place (isolasi mandiri) sebanyak 75 kamar. Pernah digunakan untuk isolasi mahasiswa maupun dosen dan pihak luar (MDMC dari Flores). Masing-masing diisolasi selama 14 hari. Dengan per biaya per orang yang dikeluarkan oleh UMY Rp 4,9 juta. (sce/iwa/ila)

Pendidikan