SLEMAN- Universitas Islam Indonesia (UII) kembali memperoleh penghargaan prestisius tingkat dunia. Berupa akreditasi internasional untuk Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Penghargaan diberikan oleh Japan Accreditation Board for Engineering Education (JABEE), sebuah lembaga akreditasi mandiri yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan tinggi keteknikan di Jepang.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti RI Prof Intan Ahmad PhD sangat apresiatif atas capaian tersebut. Menurutnya, penghargaan tersebut cukup langka. Itu mengingat selama ini JABEE baru dua kali mengeluarkan akreditasi ke luar Jepang. Kebetulan, kedua perguruan tinggi yang menerima penghargaan ada di Indonesia. Yakni, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan UII. “Ini merupakan komitmen luar biasa. Semoga bisa menjadi pemicu semangat bagi perguruan tinggi lain,” ujarnya saat menghadiri pembukaan milad ke 73 UII, sekaligus penyerahan penghargaan JABEE di Auditorium Kahar Mudzakir kampus terpadu kemarin (11/3).
Intan mengatakan bahwa penghargaan internasional adalah hal biasa bagi perguruan tinggi negeri. Tapi, bagi universitas swasta termasuk luar biasa. Apalagi, tak banyak perguruan tinggi negeri yang pernah memperoleh akreditasi internasional. Intan menyebut beberapa diantaranya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan IPB.
Apalagi, capaian itu diraih saat Indonesia mengalami disparitas kualitas perguruan tinggi. “Ada perguruan tinggi yang dosennya sedikit tapi mahasiswanya banyak. Ada yang sebaliknya,” ungkapnya.
Dari data statistik ada sekitar 4.300 perguruan tinggi tersebar dari Sabang sampai Merauke. Namun, masalah kompleks yang dihadapi sebagian besar perguruan tinggi lantaran tidak adanya relevansi kualitas pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja. Bahkan, banyak perguruan tinggi yang hanya terakreditasi C. Padahal, tingkat akreditasi tersebut merupakan standar awal bagi sebuah institusi pendidikan yang baru berdiri. Artinya, banyak perguruan tinggi yang tidak berkembang atau meningkat standar kualitasnya. “Yang (akreditasi) A ada tujuh ribuan, B sekitar delapan ribuan. Sisanya C,” beber Intan.
Rector UII Dr Harsoyo memang tak ingin lembaga yang dipimpinnya berhenti sampai akreditasi A. Dia ingin lebih tinggi. Karena itu, setia prodi yang telah terakreditasi A didorong untuk meraih akreditasi tingkat internasional.
“Prodi lain insyaallah segera menyusul langkah positif itu,” ujarnya.
Harsoyo menyebut satu diantaranya, Prodi Arsitektur yang kini dalam proses pengajuan akreditasi internasional ke KAAB (Korean Architecture Acreditation Board) di Korea Selatan. Demikian pula Prodi Teknik Lingkungan, mengajukan hal serupa ke ABET (Acreditation Board for Engineering and Technology) di Amerika Serikat.
“Ini menjadi kebijakan kampus untuk menjawab tantangan pemenuhan tenaga kerja yang mumpuni dan berdaya saing internasional,” tuturnya.
Ketua Prodi Teknik Sipil Miftahul Fauziah PhD mengatakan, akreditasi internasional diperlukan mengingat saat ini belum ada lembaga akreditasi mandiri bidang keteknikan di Indonesia. “Dengan capaian ini tentu saja kami siap bersaing di pasar global,” ujarnya.(yog/ong)