SLEMAN- Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), bukan hanya sektor usaha yang harus waspada. Dunia pendidikan pun wajib ancang-ancang untuk menjamin ketersediaan lulusan tenaga kerja lokal yang mumpuni, sekaligus diakui secara internasional. Itu demi mencegah arus tenaga kerja asing. Dan sebaliknya, mencegah sumber daya profesional berkarya di negara lain.

Menjawab tantangan itu, Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Fakultas Teknik UII menyelenggarakan program double designation (gelar akademis dan sertifikasi profesi). Program sertifikasi profesi yang diakui internasional bekerjasama dengan AAPM (American Academy of Project Management). Yakni, CIPM (Certified International Project Manager) dan ASCA (Accredited Supply Chain Analyst).

Direktur Program Pascasarjana Dr R Teduh Dirgahayu ST MSc menyatakan, program tersebut sekaligus untuk memenuhi kebutuhan jumlah insinyur di Indonesia. Secara kuantitatif maupun kualitatif.

Apalagi, ASEAN telah membuat Mutual Recognition Agreement (MRA) di bidang jasa, termasuk teknik (engineering). MRA menetapkan ASEAN Chartered Professional Engineer(ACPE). Hal ini menunjukkan perlunya seorang insinyur memperoleh pengakuan secara internasional. Agar bisa bersaing di MEA.

“Peluang pengembangan ilmu dan profesi keteknikindustrian masih sangat besar dengan adanya Program Double Designation ini,” ujarnya kemarin (1/3).

Lebih lanjut, Teduh menjelaskan, selain mendapat gelar Magister Teknik (MT), mahasiswa juga memperoleh dua sertifikat tersebut, khususnya ditujukan bagi para manajer yang ingin memperoleh konfirmasi dari pengetahuan mereka tentang manajemen proyek internasional dengan beberapa elemen kompetensi. Diantaranya, proyek di dunia global, tahapan dalam sebuah proyek internasional, manajemen proyek internasional, dan budaya komunikasi dalam proyek-proyek internasional, serta team building.

“Mahasiswa diharapkan bisa memahami, mengidentifikasi, serta menafsirkan dan menerapkan persyaratan standar dalam proses logistik,” papar Teduh.(yog/ong)

Pendidikan