REREN INDRANILA/RADAR JOGJA
APRESIASI MUSIK: Perfomance dari Cello Hollic dalam Family Focus Home Concert #10 yang diadakan di Joglo Elang, Nitiprayan, Bantul (23/5).
Konser Boleh Salah, Wadah untuk Unjuk Kebolehan
Banyak guru musik yang mengajarkan secara privat. Para guru musik privat dan anak didiknya ini tidak banyak memiliki ruang untuk penyelenggaraan apresiasi musik. Dari situ, lantas digelar Family Focus Home Concert #10.
REREN INDRANILA, Bantul
ALUNAN musik terdengar sayup-sayup dari sebuah rumah di Nitiprayan RT 01, Kasihan, Bantul, Sabtu sore (23/5). Begitu memasuki halaman rumah milik Ako Widanarko, alunan musik itu terdengar lebih keras lagi. Makin masuk ke dalam rumah terdapat puluhan orang yang tengah santai melihat sebuah pertunjukan musik sembari duduk-duduk di sebuah joglo dan menikmati kudapan. Mereka tengah melihat aksi para musisi belia dalam even bertajuk Family Focus Home Concert #10.
Penggagas Home Concert Onny Soewasono menuturkan, home concert merupakan wadah apresiasi dan pembelajaran dalam bermusik. Onny, sapaannya, menjelaskan even ini awalnya memang dibuat periodik di tahun 2009 silam. Kala itu diadakan tiap tiga bulan sekali, setidaknya sampai pada home concert #4. Namun, lama kelamaan seolah terjebak dengan rutinitas dan sekadar harus ada sehingga sempat vakum.
“Kemudian diadakan lagi saat ada yang berminat. Saat ide itu muncul kembali, akhirnya bersama teman-teman yang tergabung dalam komunitas Family Focus menggelar acara home concert ini. Kali ini diadakan di rumah salah seorang teman saya, Ako Widanarko,” ungkapnya.
Onny menjelaskan, konsep dari home concert ini lebih pada edukasi musik di masyarakat. Diakuinya, saat ini banyak guru musik yang mengajarkan secara privat. Para guru musik privat dan anak didiknya ini tidak ada space untuk penyelenggaraan apresiasi musik. Kalaupun ada, biasanya diadakan oleh sekolah musik yang standardisasinya tinggi dan berorientasi pada kompetisi.
Padahal, terkadang anak hanya butuh apresiasi. Tidak lantas harus berkompetisi dalam menunjukkan kemampuan mereka. Kadang saat orientasinya adalah kompetisi, anak bisa merasa tertekan dan justru membenci musik pada akhirnya.
“Saat kompetisi, tentunya mengarah pada keberhasilan bukan proses. Anak-anak yang belajar musik membutuhkan wadah untuk performance bukan hanya tempat berkompetisi dan mencetak juara. Itu yang ingin kita kritisi,” terangnya.
Oleh karena itu, home concert ini akhirnya dibuat. Karena home concert memang bagian dari proses pembelajaran. Maka dalam konser ini terdapat tagline “Konser Boleh Salah” karena memang sedang berproses.
“Output-nya, kita berharap bisa menumbuhkan semangat musik di dalam keluarga. Dari pengalaman, kecerdasan bermusik bisa diasah dan dibudayakan,” terang Onny yang juga guru musik ini.
Khusus pada Family Focus Home Concert #10 ini ada dua sesi yang digelar. Sesi pertama yakni konser boleh salah yang diisi oleh anak-anak yang sedang belajar musik, di antaranya performance dari Ansamble Angklung TK Rumah Kita, Cello Hollic, Onny’s Viool Students, Ira’s Klavier Students dan Sanggar Biola Quinta. Juga ada performance tari dari Sanggar Anak Alam. Kemudian pada sesi kedua adalah apresiasi musik yang diisi oleh kelompok profesional yang memang khusus diundang yakni Youth Generation Ansamble.
“Home concert ini menjadi media untuk mempertemukan para pecinta musik. Hingga akhirnya mampu membuat sebuah kerja sama, misalnya saja untuk observasi kajian musik, maupun membuat perhelatan konser lainnya,” tutupnya. (laz/ong)