DWI AGUS/Radar Jogja
Tak Sekadar Simpan Benda Kuno

SLEMAN – Museum yang selama ini hanya dikenal sebagai tempat penyimpanan benda atau barang kuno, kini siap dikampanyekan untuk mengubah image tersebut. Sebab, keberadaan museum, sejatinya sebagai media edukasi dalam mengenang sejarah yang pernah terjadi.
Propaganda museum, sudah dilakukan dengan pelaksanaan festival museum beberapa hari lalu. Agar provokasi ini tak berhenti, dilanjutkan dengan Gebyar Museum 2014 yang akan dimulai besok (10/10) hingga 23 November mendatang. Gebyar Museum yang merupakan gawenya Dinas Kebudayaan (Disbud) DIJ ini, akan melibatkan enam museum.
Kepala Bidang Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan Provinsi DIJ Sri Aryanti Luhur Tri Setyorini menjelaskan, dalam Gebyar Museum 2014 ini, setiap pameran temporer berlangsung terpisah. Dimana masing-masing museum menyelenggarakan kegiatan pameran dan seminar secara mandiri. “Jadi, mirip dengan safari dan kunjungan ke museum-museum,” ujarnya dalam jumpa pers di Warung Pedes Mbak Sasha (8/10).
Representasi terbagi menjadi tiga tema sesuai dengan ciri khas masing-masing museum. Ketiga tema ini adalah budaya dan kesenian diwakili Museum Tani Jawa Jogjakarta dan Museum Wayang Kekayong. Berikutnya, tema pendidikan dan ilmu pengetahuan oleh Museum Dewantara Kirti Griya. Selanjutnya tema sejarah dan perjuangan, oleh Museum TNI AD Dharma Wiratama, Museum Pusat TNI AU Dirgantara dan Museum Monumen Jogja Kembali.
“Dengan adanya format seperti ini, diharapkan museum dapat memainkan perannya,” katanya.
Diakui, bahwa selama ini yang berkembang di masyarakat, museum lebih identik sebagai ruang penyimpanan benda-benda klasik dan sejarah kuno. Dan pemahaman seperti itu adalah salah besar, karena sebenarnya, keberadaan museum, adalah sebagai ruang sumber pengetahuan.
“Museum itu sejatinya sebuah objek wisata edukasi untuk masyarakat. Karena itu, kita harus memandang museum sebagai media pembelajaran, daya tarik wisata dan budaya,” ujar Ririn.
Kepala Museum Tani Jawa Kristia Bintara menambahkan, helatan Gebyar Museum merupakan terobosan baru. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari festival museum. Di mana di waktu-waktu sebelumnya, seluruh museum di Jogjakarta berkumpul.
Namun dengan format yang baru ini, akan lebih efektif. Ini karena masyarakat akan melakukan kunjungan langsung. Sehingga pengenalan potensi dan ciri khas masing-masing museum dapat dilakukan dengan optimal.
“Untuk Museum Tani Jawa, nanti menampilkan nilai-nilai kejuangan petani. Ada pula beberapa tradisi dalam masyarakat tani di Jogjakarta. Pengetahuan ini sangatlah penting, khususnya bagi generasi muda,” ujar Kris.
Hal yang sama diungkapkan perwakilan Museum TNI AD Kapten Cba (K) Karyati Ningsih. Menurutnya, Gebyar Museum ini merupakan sebuah gebrakan, dimana museum tidak hanya mengangkat potensi dalam, namun juga mengemasnya dengan berbeda.
Gebyar Museum 2014 akan diselenggarakan terpisah di setiap museum. Museum Tani Jawa Jogjakarta berpameran 10 hingga 12 Oktober. Museum Wayang Kekayon dari 18 hingga 19 Oktober. Berlanjut Museum TNI AD Dgharma Wiratama 1 dan 2 November.
Museum Pusat TNI AU Dirgantara tanggal 8 dan 9 November. Museum Monumen Jogja Kembali dari 14, 16 dan 18 November. Diakhiri di Museum Dewantara Kirti Griya pada tanggal 22 dan 23 November. (dwi/jko/jiong)

Jogja Raya