DALAM satu dekade terakhir kemajuan pesat di bidang teknologi digital mendongkrak transaksi e-commerce. Data Bank Indonesia menunjukkan transaksi e-commerce di Indonesia pada tahun 2021 mencapai Rp 401 triliun dan diperkirakan naik 31 persen menjadi Rp 526 triliun pada tahun 2022. Sehingga transaksi uang elektronik tumbuh 49 persen mencapai Rp 305 triliun pada tahun 2021 dan diproyeksikan meningkat 17 persen enjadi Rp 357,7 triliun tahun 2022. Sedangkan transaksi nilai digital banking meningkat 45,6 persen menjadi Rp 39.841  triliun pada tahun 2021 dan tahun ini diperkirakan tumbuh 24,8 persen.

Ekosistem digital perlahan sudah mulai terbangun dan akan melahirkan potensi ekonomi Indonesia yang luar biasa besar. Hingga tahun 2025 diproyeksikan ekonomi Indonesia bernilai USD 124 miliar atau setara Rp 1.700 triliun. Dan ekonomi Indonesia menjadi yang terbesar di kawasan Asean. Postur pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan sekitar 99,5% pelaku bisnis adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)  yang berjumlah kurang lebih 65,6 juta dan dari jumlah itu  baru 17,2 juta pelaku UMKM yang sudah terdigitalisasi. Fakta ini menunjukan potensi pengembangan e-commerce B2B dan Marketplace di Indonesia. Memang permasalahan yang utama itu SDM kita, para pelaku UMKM itu belum terlalu nyaman berinteraksi dengan teknologi, gadget dan aplikasi. Literasi itu harus dilakukan terus menerus sehingga ada suatu rasa confidence dari mereka untuk melakukan suatu transaksi di digital space.

Perilaku konsumen di pasar global saat pandemi Covid-19 berubah sangat cepat dibanding sebelumnya. Sebagian besar konsumen kini beralih ke marketplace atau e-commerce Indonesia untuk membeli produk, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Riset Technomic menunjukkan, 52% konsumen menghindari kerumunan dan 32% menjadi lebih jarang meninggalkan rumah karena kekhawatiran terpapar Covid-19. Riset First Insight juga menunjukkan 30% responden kini lebih sering berbelanja online dibanding sebelumnya. Perubahan perilaku ini mendorong pelaku bisnis e-commerce maupun marketplace di Indonesia untuk mengubah strategi serta operasi bisnisnya.

Tidak dapat dipungkiri, saat pandemi maupun New Normal, marketplace dan e-commerce Indonesia memang mendapati peningkatan permintaan karena memungkinkan konsumen berbelanja secara online. Namun tentu saja, peningkatan permintaan ini tidak serta merta muncul tanpa tantangan bisnis. Sebagaimana disebutkan di atas, pandemi Covid-19 membawa perubahan perilaku konsumen termasuk saat memasuki New Normal di Indonesia. Fenomena ini juga mendorong konsumen yang belum pernah belanja online, untuk beralih ke marketplace atau e-commerce. Pelanggan baru tersebut kemungkinan besar akan terus berbelanja online bahkan pasca pandemi atau New Normal.nOleh sebab itu, marketplace dan e-commerce Indonesia perlu fokus pada pengalaman pelanggan karena hal ini akan menentukan bagaimana mereka menilai perusahaan

Meningkatnya Permintaan dan Masalah Rantai Pasokan 

Permintaan konsumen yang meningkat dalam waktu yang cepat terkadang tidak dapat berbarengan dengan rantai pasokan yang memadai. Untuk meminimalisir dampak lebih lanjut, marketplace atau e-commerce dapat mengatur ketersediaan produk di gudang perusahaan dengan sistem manajemen persediaan dan rantai pasokan yang baik.

Alur pencatatan barang di supply chain kini bergantung pada Cloud. Data lainnya yang terkait dengan perusahaan juga tersimpan pada layanan komputasi awan. Infrastruktur Cloud mampu membantu sistem supply chain untuk memonitor proses pengiriman dalam tahap apa pun sehingga dapat meminimalisir terjadinya kehilangan produk. Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan pada produk, perusahaan dapat segera mengambil tindakan secepat dan seefektif mungkin.

Kolaborasi Antar Divisi yang Tak Kalah Penting

New Normal di Indonesia memang memungkinkan perusahaan untuk menerapkan kebijakan shifting bagi karyawan untuk bekerja di kantor. Meski tak lagi sepenuhnya bekerja dari rumah, pola kerja di saat New Normal mendorong perusahaan untuk menggunakan solusi ICT dalam berkomunikasi dan berkolaborasi antar divisi. Penerapan metoda Hybrid antara WFO dan WFH adalah strategi tepat untuk menjawab tantangan bisnis e-commerce saat ini. (*/Dwi)

Opini