
ANTUSIAS: Para pengunjung tampak senang dengan adanya kajian lapangan terbuka sehingga diperbolehkan untuk naik monumen Candi Borobudur.(NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Pada hari pertama kajian lapangan terbuka, tercatat ada 828 pengunjung yang naik monumen Candi Borobudur. Para pengunjung pun tampak antusias setelah mendapat informasi diperbolehkannya naik candi. Namun, ada biaya tambahan untuk mereka yang ingin naik.
PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko per 22 Maret hingga 14 April telah menetapkan kajian lapangan terbuka untuk pengunjung secara umum. Pada periode ini, PT TWC mengakselerasi layanan berbasis digital dan tematic tour guna mewujudkan excellent service menuju pariwisata berkualitas.
General Manager TWC Unit Borobudur Jamaludin Mawardi menyebut, kemarin tercatat ada 828 pengunjung yang naik candi. Sebanyak 568 di antaranya merupakan wisatawan nusantara (wisnus) dan 260 wisatawan mancanegara (wisman). Kemarin, menjadi hari pertama dilakukan kajian lapangan terbuka setelah seminggu berhenti karena ada evaluasi.
Dia melihat, animo pengunjung untuk naik candi semakin tinggi. “Kami lihat, animo pengunjung dari loket yang kami buka jam 08.00 sampai tutup, sudah sedemikian tinggi. Bahkan, kami sempat menjeda 30 menit karena posisi (pengunjung) di atas candi sudah 150 orang dan yang jalan ke sana, sudah banyak,” terangnya saat ditemui, Rabu (22/3).
Hal tersebut dilakukan karena dikhawatirkan terjadi penumpukan pengunjung di halaman candi. Lantaran kuota pengunjung yang naik ke monumen candi, masih dibatasi sesuai dengan skema yang harus dijalankan, yakni 150 orang dalam waktu bersamaan.
Dia berharap, sebelum kajian lapangan terbuka berakhir, akan ada evaluasi secara paralel. Agar nantinya tidak ada jeda pengunjung yang diperbolehkan naik monumen candi. Mengingat ketika momentum Lebaran 2023, bakal terjadi lonjakan pengunjung.
Jamal menambahkan, bagi pengunjung yang berminat naik monumen candi, dikenakan biaya tambahan. Untuk mengganti biaya alas kaki atau sandal upanat dan pemandu wisata. Yakni Rp 70 ribu untuk wisnus dewasa dan Rp 50 ribu untuk pelajar atau anak. Lalu, Rp 80 ribu untuk wisman dewasa dan anak.
Terkait dengan sandal upanat, kata dia, PT TWC selalu berkoordinasi dengan BUMDesma terkait suplai kebutuhan. “Kebutuhan (sandal upanat) harus terpenuhi setiap harinya. Artinya kami juga harus mempertimbangkan jumlahnya. Setidaknya harus cukup untuk 2-3 hari ke depan,” kata dia.
Dari BUMDesma pun harus memiliki persediaan sandal upanat untuk memenuhi permintaan dari TWC. “Kami minta setiap hari suplai kira-kira 750 sandal. Kalau kebutuhan 2-3 hari, suplainya sekitar 2.000-3.000 sandal. Tergantung sistem produksi di pengrajinnya,” sambungnya.
Sementara itu, pengunjung asal Prancis Annjj mengaku senang lantaran bisa naik monumen candi. Meskipun cuaca terik, tapi tidak menyurutkan antusiasme keluarganya. Terlebih, ada pemandu yang mendampingi mereka dan menceritakan cerita-cerita relief candi.
Sebelumnya, dia sudah pernah naik candi. Hanya saja, tanpa didampingi pemandu wisata dan tidak memakai sandal upanat. Dengan penambahan harga tersebut, kata dia, sepadan dengan fasilitas yang didapatkan. “Tapi, sandalnya kurang nyaman. Tidak soft, keras, dan agak licin,” keluhnya.
Pengunjung lain dari Bandung Geraldi, juga mengaku terkesan bisa kembali naik candi setelah belasan tahun lamanya. Menurutnya, pemakaian sandal upanat terbilang nyaman untuk digunakan naik candi dan sama dengan sandal pada umumnya.
Ditambah dengan ada pemandu yang bisa menjelaskan cerita pada relief candi. Untuk harga, kata dia, tidak terlalu berat. Terutama dengan fasilitas yang telah diberikan. “Menarik ya, bisa mengingat masa lalu pada zaman SMP diterangkan tentang pelajaran sejarah. Sekarang beda banget. Dulu bebas sandalnya, tapi tidak ada guide,” ujar dia. (aya/pra)