
NAIK CANDI: Para pengunjung antusias saat berkesempatan untuk naik ke monumen Candi Borobudur. Namun, mereka dikenakan biaya tambahan sebagai pengganti sarana dan prasarana. (Naila Nihayah/Radar Jogja)
RADAR JOGJA – PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko melakukan kajian lapangan soal naik ke monumen Candi Borobudur. Selama dua minggu, mulai 1 hingga 15 Maret. Kajian tersebut dilakukan secara tertutup dengan sistem random sampling. Artinya, ditawarkan kepada pengunjung secara acak.
Direktur Utama PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Febrina Intan menuturkan, kajian lapangan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan layanan agar sesuai dengan prosedur operasional standar (SOP) yang ada. Terutama mengatur kuota di atas monumen agar tidak terjadi crowd management.
Hal itu guna memberikan excellent service bagi pengunjung. Mengingat program ini merupakan pola perjalanan wisata baru yang sarat dengan value added experience. Sehingga akan dievaluasi secara berkala dengan stakeholder terkait.
TWC telah menetapkan kuota kunjungan dalam masa kajian lapangan sebanyak 400 pengunjung. Pengunjung yang sudah berada di lokasi destinasi TWC Borobudur, mendapat kesempatan untuk mengikuti kajian tersebut dengan prosedur yang sudah ditentukan. Dengan cara ditawarkan.
Dia melanjutkan, secara bertahap akan dikaji untuk kuota 800 sampai dengan 1.200 pengunjung per hari. “Atas hasil kajian dan masukan dari pengunjung akan menjadi materi pembahasan dengan stakeholder terkait untuk menentukan kebijakan selanjutnya,” paparnya, Kamis (2/3).
Random sampling ini, kata dia, titik beratnya adalah bagaimana sistem yang sudah dibuat, disusun, dan diujicobakan harus ada kesesuaian dengan SOP. Termasuk sistem pengelolaan kerumunan. Mulai dari saat pengunjung datang, mengelilingi candi, hingga eksplorasi di atas monumen candi.
Untuk ke depan, kunjungan wisatawan dengan skema pembatasan, harus dijalankan dengan sistem. Seperti tiket, pemandu wisata atau guide, hingga visitor counting. “Beberapa hal itu menjadi penting karena sudah digariskan sesuai SOP yang dikeluarkan Dirjen Kebudayaan,” jelas Intan.
Selama kajian, lanjut dia, tentu ada keharusan untuk menyesuaikan penggunaan properti khusus. Seperti sandal upanat atau alas kaki khusus. Serta didampingi pemandu lokal. Namun, pengunjung dikenakan biaya tambahan untuk mengikuti kajian tersebut.
Untuk tiket masuknya, tetap sama. Wisatawan nusantara Rp 50 ribu bagi dewasa dan Rp 25 ribu untuk pelajar. Bagi mereka yang ingin mengikuti kajian tersebut, dikenakan biaya pengganti sandal upanat dan pendampingan pemandu wisata sebesar Rp 70 ribu bagi dewasa, Rp 50 ribu bagi anak-anak, dan Rp 5 ribu untuk pelajar.
Sedangkan bagi wisatawan mancanegara, sesuai dengan harga yang berlaku saat ini, yaitu 25 USD untuk dewasa dan 15 USD bagi anak atau pelajar. “Tapi, kami memberikan tambahan benefit. Yakni mendapat kesempatan naik candi, sandal upanat, dan pendampingan dari pemandu,” sebut General Manager TWC Unit Borobudur Jamaludin Mawardi.
Dia menjelaskan, dengan kuota 400 pengunjung, durasi waktu yang diberlakukan pun tidak sampai satu hari penuh. Dalam rentang waktu mulai 09.00-17.00. Namun, pengunjung hanya diberi waktu satu jam untuk menjelajahi monumen candi.
Uji coba ini, lanjut dia, sudah mengantongi izin dari Dirjen Kebudayaan dengan kuota terbatas. Ketika kuota terpenuhi, akan ditutup. Pengunjung yang tertarik dapat melakukan proses pembelian tiket khusus, berupa gelang. Yang digunakan untuk scan ketika naik dan turun dari candi.
Bahkan, video para pengunjung yang naik ke monumen candi, sudah menyebar di media sosial pada hari pertama kajian. Dia menyebut, sudah lima kali melakukan uji coba naik ke monumen candi. Namun, masih ada banyak evaluasi agar sesuai dengan SOP.
Sementara itu, salah satu pengunjung dari UIN Alauddin Makassar Syarifuddin Ondeng mengaku terkesan saat naik ke monumen candi. Terlebih, mendapat pengetahuan yang edukatif soal Candi Borobudur dan mengenakan sandal upanat. “Ide ini, saya pikir sangat tepat, tidak licin dan enak,” bebernya.
Namun, dia meminta agar manajemen TWC dapat lebih menertibkan para pengunjung yang hendak naik. Agar tidak terjadi pelanggaran. “Salah satunya adalah jangan duduk yang tidak sesuai aturan.
Artinya supaya pengunjung mengikuti aturan yang ada,” tambahnya.
Pengunjung asal Inggris, Tris mengaku takjub akan keindahan Candi Borobudur. Lantaran dia baru pertama kali mengunjunginya. Menurutnya, Candi Borobudur merupakan maha karya seni yang luar biasa. “Sungguh menyenangkan berada di sini. Ini adalah berkah yang besar,” katanya.
Dari atas monumen candi, dia melihat patung-patung yang indah. Dia juga mendapat pengetahuan soal sejarah hingga pengaruhnya terhadap budaya. “Itu pengalaman yang sangat luar biasa dan hanya terjadi seumur hidup,” ujarnya antusias. (aya/pra)