
HANOMAN CILIK: Salah satu penampil dalam merti gunung yang digelar Padhepokan Tjipta Boedaja Dusun Tutup Ngisior, Sumber, Dukun, Kabupaten Magelang.(RIZKY WAHYU/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Tradisi Merti Gunung kini kembali lagi digelar oleh Padhepokan Tjipta Boedaja Dusun Tutup Ngisior, Sumber, Dukun, Kabupaten Magelang. Pada acara Merti Gunung kali ini Padhepokan Tjipta Boedaja menampilkan acara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Ketua Padhepokan Tjipta Boedaja Sitras Anjilin mengungkapkan, merti gunung adalah acara yang diadakan setahun sekali dalam rangka wujud terimakasih masyarakat Dusun Tutup Ngisor kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekaligus berterimakasih kepada Gunung merapi yang sudah memberikan banyak rezeki dan berkah kepada masyarakat.
“Seperti banyak lahan pertanian yang subur dan air yang jernih, maka biasanya kita hanya melakukan doa bersama untuk mewujudkan rasa syukur tersebut,” ungkap Sitras
Acara merti gunung yang ke 23 ini memang dikonsep berbeda. Ada banyak pihak yang turut membantu untuk memeriahkan acara kali ini, seperti komunitas Arjasura dari Solo yang menampilkan Wayang Kulit dan Fajar Kunting yang menampilkan perform art. “Biasanya acara merti gunung hanya digelar dengan doa bersama dan pentas kecil-kecilan,” ujar Sitras.
Tak hanya itu saja, menurut Sitras, acara kali ini digelar selama dua hari pada Jumat dan Sabtu (10-11/2) dengan berbagai macam rangkaian acara seperti tari, wayang bocah, Wayang kulit dan masih banyak lagi.
Salah satu seniman yang tampil, Fajar atau yang biasa dipanggil Kunting mengaku, sudah dari sembilan tahun yang lalu ikut acara Merti Gunung tersebut. Dan dirinya mengungkapkan bahwa acara Merti Gunung yang ke 23 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ia mengaku sangat senang pada acara kali ini. “Kali ini acaranya sungguh berbeda dan sangat menarik,” ungkap seniman asal Kediri itu.
Kunting kali ini menampilkan sebuah karyanya yang berjudul “Ringin Gendong” dan menurutnya karya tersebut ada kaitannya dengan acara merti gunung tersebut. Karya Ringin Gendong memang ada kaitannya dengan acara merti gunung. “Karena karya saya ingin berbicara soal kelahiran dan kelahirah tersebut saya gambarkan dari menanam pohon beringin untuk tetap menjaga kelestarian alam dan ekosistem alam yang masih asri di kampung ini,” jelasnya. (cr2/pra)