RADAR JOGJA – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Pakis memiliki cara yang berbeda untuk memperkenalkan seni peran kepada siswa. Yakni dengan mengajak beberapa siswa ikut andil dalam pembuatan film anak-anak bertajuk ‘Pustaka Aksara Borobudur’.

Penulis naskah sekaligus anggota PGRI Kecamatan Pakis Widi Astuti menyebut, pembuatan film ini bekerja sama dengan komunitas Ruwat Rawat Borobudur (RRB). Film cerita anak ini memiliki nilai strategis guna mengokohkan kembali pesan pentingnya nilai spritualitas Borobudur.

Hal ini sebagai pengungkit sejarah keberadaanya dan usaha pemanfaatanya sebagai destinasi wisata. Yang tentunya akan terus-menerus memengaruhi semua sektor kehidupan. Sekaligus mendorong akselerasi transformasi digital di semua bidang.

Terlebih, kata dia, anak-anak sudah mulai melupakan peninggalan budaya bangsa. Perlahan tergerus dengan era digitalisasi. Mereka mulai apatis. “Dari film inilah, kami memberikan edukasi agar anak-anak peduli untuk melestarikan budaya bangsa,” ujarnya di sela kegiatan, Kamis (9/2).

Pustaka Aksara Borobudur menceritakan seorang anak yang meremehkan nilai keagungan cagar budaya Borobudur. Adapun pemerannya bernama Rangga yang lebih suka bermain ponsel. Kemudian, dia bersama teman-temannya berwisata ke Candi Borobudur.

Dalam kunjungan wisatanya, mereka menjumpai staf Kantor Museum dan Cagar Budaya Borobudur. Mereka pun mendapat penjelasan dari seorang guru bernama Heny soal keberadaan candi tersebut. Kemudian, mereka sadar akan pentingnya menjaga nilai spiritualitas.

Widi mengatakan, dipilihnya Borobudur menjadi lokasi lantaran diibaratkan sebagai buku kehidupan dan sebuah pusaka yang harus dijaga kelestariannya. “Pemainnya 90 persen siswa-siswi dari lingkungan SD negeri di Kecamatan Pakis,” sebutnya.

Dia berharap, melalui film cerita anak ‘Pustaka Aksara Borobudur’ ini, mereka akan memperoleh informasi dan wawasan tentang nilai budaya. Seperti sejarah dan nilai budi pekerti yang terkandung pada relief Borobudur.

Dengan begitu, mereka akan tumbuh rasa cinta terhadap warisan budaya serta berkembang menyesuaikan perkembangan zaman. “Ini juga merupakan salah satu implementasi dari P5 karena ujungnya akan mengajarkan anak untuk menjadi profil pelajar Pancasila dan menghargai kebhinekaan global,” imbuhnya.

Salah satu pemeran film, Ikhsan mengaku senang dapat ikut andil dalam seni peran. Dia sudah kali ketiga menjadi lakon dalam sebuah film besutan PGRI Kecamatan Pakis. “Diajari guru waktu kelas 2, terus ikut syuting-syuting,” akunya. (aya/pra)

Magelang