RADAR JOGJA – Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) menggelar Pagelaran Budaya Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Yang terdiri dari 38 mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) inbound, 38 mahasiswa outbound, 5 mahasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), serta 30 mahasiswa Kampus Mengajar angkatan 3.

Pagelaran bertajuk ‘Dari Nusantara, Untuk Semesta’ ini mengusung konsep teori Co-Cultural. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak satu pun budaya dalam masyarakat yang lebih unggul ketimbang budaya lainnya. Artinya, mahasiswa yang hadir dari berbagai daerah dan etnis ini, berusaha memelihara identitas kultural masing-masing.

Para mahasiswa di 19 universitas luar Jawa ini tampak bersemangat membawakan tarian khas dari ragam daerah masing-masing. Yang mana dikemas dalam satu pagelaran apik dengan memadukan drama, tarian, dan musik. Seperti tarian dari Sumatera Utara Tulo Atulo.

Manager PMM Batch 2 Rajib Khafif Arruzzi menjelaskan, program ini menjadi satu prioritas dari Mendikbud. Dia menyebut, Unimma menjadi satu dari 138 perguruan tinggi yang menjalankan program PMM batch 2. Program ini dapat mengantarkan para mahasiswa untuk lebih mengenal keberagaman di Indonesia. Terlebih, lanjut dia, kerap muncul berbagai isu soal konflik antarsuku hingga intoleransi.

Menurutnya, program Kampus Merdeka ini memaksa para mahasiswa untuk membuka celah agar bisa belajar tidak hanya satu lini program studi (prodi) saja, tetapi juga yang lain dengan suasana berbeda. “Hal ini memberikan tanda bahwa Unimma terbuka untuk mahasiswa lain, sehingga ke depannya mereka bisa mendapat pengalaman yang banyak,” tuturnya, di Auditorium Kampus 1 Unimma, Kamis (12/1).

Rajib menyebut, para mahasiswa ini mengikuti program PMM selama satu semester dengan 20 SKS. Dari jumlah itu, ada 4 SKS yang khusus mempelajari soal kebhinekaan. Yang memuat kuliah Modul Nusantara seperti mengunjungi tempat-tempat yang tidak ada di daerah mereka, bahasa yang digunakan sehari-hari, maupun kebudayaan lain di Jawa Tengah, khususnya di Magelang.

Rektor Unimma Lilik Andriyani mengatakan, sebenarnya Unimma sudah menjalankan program MBKM ini selama dua kali. Namun, yang pertama hanya dilakukan secara online. Menurutnya, PMM kali ini banyak hal yang bisa dipetik. Termasuk menyatukan kebhinekaan dan tidak membedakan antarsuku, budaya, serta agama.

Selain itu, Unimma juga sudah melakukan PMM secara mandiri yang dikemas dalam student exchange. Seperti di Malaysia, Taiwan, dan negara lainnya. Yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa. “Bisa lintas prodi. Pengetahuan di lain bidangnya pun bisa. Dengan begitu, semakin menguatkan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) mahasiswa,” lanjutnya.

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menuturkan, program ini menjadi sebuah terobosan baru bagi dunia pendidikan yang bisa membentuk sebuah kesetaraan dan kreatifitas. Dia pun selalu mendorong kesetaraan. “Saya sangat mengapresiasi program ini, bahwa kita bisa bersatu karena kesetaraan. Kalau nggak setara, itu akan pecah,” bebernya. (aya/pra)

Magelang