RADAR JOGJA – Kepala Desa (Kades) Bumiayu berinisial BS yang tersandung kasus perselingkuhan, mengundurkan diri dari jabatannya. Hal itu imbas dari adanya aksi warga yang mengecam tindakan mesum yang dilakukan dengan seorang guru ASN PPPK. Keduanya digerebek di Kebumen,hingga video penggerebekannya viral di media sosial.

Aksi tersebut dilakukan beberapa warga di depan kantor Desa Bumiayu, Kecamatan Kajoran, kemarin (5/1). Mereka juga membawa spanduk sebagai sikap protesnya. Bahkan ditulis dengan kata-kata yang terkesan kasar.Camat Kajoran Supranowo membenarkan adanya sekelompok warga yang memasang spanduk di kantor desa. Berjumlah sekitar 10-15 spanduk. Dia juga menyayangkan perbuatan warga Desa Bumiayu yang menulis spanduk seperti itu.

BS pun mengetahui kecaman dari warganya. Dia juga mengumpulkan para perangkat desa, perangkat kecamatan, forkompimcam, hingga badan pemusyawaratan desa (BPD). Dalam musyawarah bersama itu, kades menyatakan siap mengundurkan diri. Namun, lanjut dia, ada persyaratan bahwa spanduk yang sudah dipasang warga, harus segera dilepas. “Lalu, kami sampaikan kepada warga bahwa kades bersedia mengundurkan diri jika spanduk dilepas,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis (5/1).

Berdasarkan kesepakatan bersama, mereka bersedia melepas semua spanduk. Kemudian, BS membuat surat pernyataan ditulis tangan dan bermaterai. Yang menyatakan mundur dari jabatannya per Kamis (5/1) secara ikhlas demi ketentraman warga. Surat tersebut lantas dilaporkan kepada pimpinan dan bakal mendapat surat keputusan dari bupati. “Dalam perjalanannya, nanti ditunjuk pejabat sementara (Pj). Sehingga roda pemerintahan berjalan lancar,” imbuhnya.

Sementara itu, Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kecamatan Kajoran Muh Tadin mengatakan, setelah mangkir dua kali, guru berisinial M yang terlibat skandal dengan kades akhirnya muncul. Sejak kasus itu terkuak, Tadin berkali-kali mencari dan melayangkan surat untuk bertemu dengan M.

Lantaran keberadaan M susah dicari, dia menghubungi adiknya yang juga sebagai guru di salah satu sekolah dasar. “Itu pun saya menghubunginya juga susah, harus lewat kepala sekolahnya. Setelah terhubung, saya panggil dia ke sini (Disdikbud),” bebernya.

Tadin menyebut, adik M juga telah membuat kesalahan. Yang mana menggantikan M untuk mengisi daftar hadir secara online di sekolahnya. Dia juga mendapat surat teguran dari Korwil. Kemudian, Tadin menanyakan keberadaan sang kakak. Ternyata, M tengah berada di Semarang. “Karena tidak dapat dihubungi, saya minta tolong ke adiknya untuk menyampaikan undangan (surat panggilan, red). Dan ternyata dia bisa menghubungi M,” kata dia.

M pun bersedia memenuhi panggilan dan hadir sekitar pukul 09.00 dengan mengenakan batik. Sebelum menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan, M harus membaca naskah sumpah janji. Agar dia benar-benar menjawab dengan jujur.Tadin mulai melakukan serangkaian pemeriksaan pada 09.30-12.00. Setidaknya, ada lebih dari 20 pertanyaan yang diajukan. “Yang pasti, dia mengakui perbuatannya dan tidak bisa mengelak lagi,” sebutnya.

Saat dimintai keterangan, kepada Tadin, M mengaku takut, malu, dan merasa tertekan dengan kejadian tersebut. Sehingga dia memutuskan untuk melarikan diri ke luar kota. Bahkan, sejak Senin (2/1), dia absen mengajar di sekolah.Hasil berita acara pemeriksaan itu, kata dia, bakal dikirim kepada Disdikbud Kabupaten Magelang untuk ditindaklanjuti. Disdikbud juga akan melakukan pemeriksaan tersendiri. Begitu juga saat dilimpahkan kepada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Daerah (BKPPD).

Setelah itu, barulah disampaikan kepada bupati. Guna menentukan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Baik ringan, sedang, ataupun berat. Tadin juga tidak bisa memastikan tingkat pelanggaran yang akan didapat M.Tadin juga mendapat informasi adanya aksi massa di Kantor Desa Bumiayu. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, dia meminta bantuan dari Polsek Kajoran agar berjaga-jaga di SD Negeri Bumiayu.

Dia mengaku lega setelah M mau memenuhi panggilan. “Sudah plong (rasanya). Tidak dikejar-kejar dinas untuk mencari keberadaan M. Kemarin sebenarnya minta bantuan polisi untuk mencari, tapi akhirnya saya menghubungi adik M,” jelasnya. (aya/pra)

Magelang