RADAR JOGJA – Sejak pemerintah pusat mencabut ketentuan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng (migor) kemasan, harga komoditas tersebut mulai melambung. Kendati demikian, migor kemasan di beberapa toko ritel dan pasar tradisional masih sulit didapatkan.
Berdasarkan hasil pantauan Minggu (20/3) di beberapa toko ritel di daerah Pakelan, Jurangombo, dan Bayanan, harga migor kemasan berkisar antara Rp 23 ribu hingga Rp 28 ribu per liternya. Padahal, HET sebelumnya hanya Rp 14 ribu per liter.
Beberapa masyarakat mengeluh lantaran pemerintah pusat mencabut HET migor. Sehingga harganya kembali pada kondisi sebelumnya. “Stoknya habis. Sejak kemarin,” ujar pegawai di toko ritel Pakelan yang tidak mau disebutkan namanya kemarin (20/3).
Dia mengatakan, banyak masyarakat putar balik lantaran tidak menemukan migor di tokonya. Bahkan, kondisi tersebut terjadi sebelum pemerintah menghapus HET migor kemasan.
Pegawai lain di toko ritel wilayah Jurangombo mengaku, stok migor yang dipasang di rak akan ludes terjual. Bahkan sebelum pukul 12.00. Padahal, stok migor baru ditata pukul 08.00. “Meskipun setiap orang hanya dibatasi membeli maksimal dua liter,” bebernya.
Seorang pembeli Vika, 33, mengaku kesulitan mendapatkan migor kemasan di toko ritel maupun pasaran sejak pemerintah menetapkan HET Rp 14 ribu per liter. Namun, kini, setelah penghapusan HET, migor kemasan di sejumlah toko sudah tersedia. Meskipun dengan harga yang lebih tinggi dari HET sebelumnya. “Susah cari minyak. Bahkan, saya harus ke beberapa toko dulu baru dapat,” ujarnya.
Dia mengatakan, sewaktu pemerintah menetapkan HET migor, persedian migor di toko ritel maupun pasaran bisa dibilang langka. Berbeda dengan kondisi sekarang, banyak migor kemasan yang terpasang di rak dengan harga yang cukup tinggi.
Penghapusan HET tersebut, kata dia, akan berpengaruh pada penjual makanan, seperti gorengan maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lain. Terlebih, mendekati bulan Ramadan. Praktis, migor menjadi bahan pokok yang paling dicari.
Meskipun,harga migor yang kini diserahkan pada pasar, dia menilai hal ini akan membantu para pedagang untuk menghabiskan stok. Hal ini karena kebanyakan pedangan membeli minyak sebelum ada HET. “Jadi masih mahal,” tambahnya. (aya/eno)