
JALUR: Akses jalan menuju Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, dan tanaman terpantau diselimuti abu vulkanis. Naila Nihayah/Radar Jogja
RADAR JOGJA – Hujan abu tipis hingga sedang melanda tujuh desa di Kabupaten Magelang pasca eruspi Gunung Merapi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang mencatat, berdasarkan pemantauan informasi melalui sosial media dan laporan dari masyarakat, sampai pukul 01.20 sebaran hujan abu di wilayah lereng Merapi.
Tujuh desa itu antara lain Paten, Sengi, dan Krinjing di Kecamatan Dukun, serta Desa Ketep, Gantang, Jati, dan Soronalan di Kecamatan Sawangan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono menjelaskan, luncuran awan panas itu terbawa oleh angin ke arah barat laut. Jarak luncur mencapai 5 kilometer ke arah tenggara menuju Kacamatan Sawangan dan Kecamatan dukun.
Guguran awan panas terjadi sebanyak enam kali. Tercatat di seismogram dengan amplitudo max 75 mm dan durasi max 570 detik. “Awan panas yang terbawa angin ini mengakibatkan hujan abu,” ujar Edi saat dikonfirmasi kemarin (10/3).
Kendati demikian, BPBD Kabupaten Magelang mencatat daerahnya aman dan tidak ada masyarakat yang mengungsi. Ia bersyukur, kemarin pagi terjadi hujan sehingga dapat mengurangi intensitas abu vulkanis. “Sekitar pukul 04.00 terjadi hujan, sehingga abu sudah bisa berkurang,” tambahnya.
BPBD Kabupaten Magelang sigap untuk melakukan penyisiran di beberapa desa yang terdampak hujan abu. Edi menuturkan, telah menyiapkan masker dan kebutuhan logistik lainnya.
Dia juga mengatakan, terus berkoordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta. “Sampai sekarang belum ada sesuatu yang mengancam masyarakat terkait dengan Merapi,” katanya.
Meskipun yang terdampak hujan abu hanya dua kecamatan, tidak menutup kemungkinan jika dampaknya akan semakin luas. Mengingat arah angin yang kadang tidak menentu.
BPBD Kabupaten Magelang juga telah menyiapkan desain jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama untuk tempat pengungsian. Edi menyebut telah menyiagakan tempat evakuasi akhir (TEA) bagi para pengungsi di beberapa daerah di Kabupaten Magelang.
Dia mengatakan, semuanya sudah tertata rapi. Termasuk armada kendaraan di setiap desa. “Sudah kami catat jumlah penduduknya agar bisa menyesuaikan jumlah armadanya,” tutur Edi.
Edi menegaskan, Gunung Merapi berstatus siaga atau level 3 sejak 20 November 2020. Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat lereng Merapi untuk tetap waspada dan siaga. Selain itu, perlu adanya kesiagaan lain terkait bencana hidrometeorologi, longsor, dan angin kencang.
Dia berharap, khususnya kepada masyarakat yang terdampak, baik di wilayah Kecamatan Srumbung, Dukun, dan Sawangan untuk tetap tenang. Terutama tidak melakukan sesuatu yang sifatnya membuat panik masyarakat lain.
Sementara itu, akses jalan dan tanaman di sepanjang Desa Paten, Kecamatan Dukun terpantau diselimuti abu vulkanis. Hingga beberapa masyarakat yang melintas harus menajamkan penglihatan dan menutup hidung saat berkendara.
Seorang petani asal Desa Paten, Jami menuturkan, sejak Kamis (10/3) dini hari wilayahnya tertutup abu vulkanis. Meskipun tidak terlalu tebal. “Pagi tadi hujan, jadi kondisinya aman,” katanya di sela-sela melepas plastik mulsa hitam di lahannya.
Menurutnya, masyarakat sudah terbiasa dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Meski demikian, mereka tetap waspada dan terus memantau perkembangan aktivitas gunung tersebut. Terlebih, jika sewaktu-waktu terjadi erupsi yang lebih besar, masyarakat pun sudah tahu langkah apa yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkan diri.
Pemilik toko kelontong, Rokhayati juga demikian. Meski terjadi hujan abu, masyarakat tidak panik lantaran memang sudah terbiasa. Apalagi selama kurang lebih satu tahun belakangan ini sering terjadi awan panas guguran dan aktivitas vulkanik lainnya. “Untungnya tadi pagi hujan, jalannya sudah agak bersih dari abu,” tuturnya. (aya/laz)