
SULIT AIR: Ketua RT 1/RW 1 Kemploko 1 Abas Styoko menunjukkan satu ember air jatah air untuk keperluan mandi dan mencuci baju yang di pakainya. Lokasi di kediaman Abas, (29/9).( MEITIKA CANDRA LANTIVA/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Kesulitan air bersih mendera Warga Dusun Kemploko Desa Kenalan, Borobudur, Magelang. Tepatnya tiga bulan terakhir ini. Sumber air Pansimas tak mampu menjangkau kebutuhan warga sekitar.
”Kami mulai dropping air dua hari lalu (Minggu, Red), dapat bantuan dari relawan,” ujar Ketua RT 1/RW 1 Kemploko 1 Abas Styoko kepada Radar Jogja, Selasa (29/9).
Bantuan air bersih sebanyak 12 meter kubik, atau sekitar 500 liter. Jumlah tersebut dibagi 50 KK. Jika dihitung berdasarkan kebutuhan air per KK, sangat minim. Setiap KK hanya mendapatkan kurang dari setengah meter kubik. Itu hanya cukup untuk kebutuhan minum dan masak. Pun, hanya untuk dua sampai tiga hari. ”Kalau mandi, nyuci, ya kadang di sungai yang masih ada genangan airnya,” kata Abas di rumahnya.
Untuk mendapatkan air, dia harus menaiki motor sejauh satu kilometer (km). Oleh sebab itu pihaknya menghemat air. Bahkan, kebiasaan warga sekitar, jika sulit air hanya mandi sekali dalam sehari.
Dikatakan, kediamannya berada di wilayah paling atas di dusun tersebut. Akibatnya aliran Pamsimas tidak mengalir lancar. Bahkan bisa dua hari sekali mengalir. Itu pun hanya dua jam.
”Kadang orang sini hanya menunggu kapan ngalir. Begitu ada kabar Pamsimas akan nyala, mereka rela tidak berpergian untuk berjaga-jaga,” bebernya.
Untuk mencukupi kebutuhan air selama ini, warga harus mengambil air dari pos penampungan wilayah bawah. “Mau kerja bawa jeriken, mau pergi lewat pos penampungan air sekalian ngangsu,” katanya.
Trismianti, 50, warga lainnya bahkan harus memanggul jeriken menaiki jalan yang menanjak untuk mendapatkan air bersih. Rumahnya yang berada rendah dari jalan utama dusun tersebut cukup menyulitkan jika harus di angkut
dengan kendaraan bermotor. ”Ya begini, setiap hari dua jeriken. Per jeriken 17
liter air,” terangnya.
Menurutnya, jangkauan pos penampungan air belum merata. Lokasinya
yang berada di dataran lebih tinggi menyulitkan warga yang tinggal di daratan
lebih rendah. Kendati demikian, adanya Pamsimas yang mulai di uji cobakan
sejak 5 September lalu, sangat membantu kebutuhan air bersih warga. Meski,
belum bekerja secara optimal. Sehingga warga masih mengandalkan bantuan
dropping air kepada relawan maupun pemerintah setempat.
Disebutkan, kondisi ini rutin terjadi setiap tahunnya selama musim kemarau. Pos penampungan bermuatan 5 ribu liter itu menjadi jujukan warga, tak kala
dropping air dilakukan. ”Uji coba pamsimas sudah berjalan. Nanti hasilnya
seperti apa, kami tunggu arahan dari
desa,” ujarnya. (mel/bah/rg)