RADAR JOGJA – Tradisi perayaan malam 1 Suro di Gunung Tidar untuk tahun ini ditiadakan. Peniadaan tradisi budaya warga kawasan Gunung Tidar disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19.

Sekretaris Daerah Kota Magelang Joko Budiyono memutuskan untuk meniadakan perayaan malam 1 Suro di Gunung Tidar demi menghindari penyebaran Covid-19. Sebab, perayaan ini memiliki risiko yang besar karena mendatangkan orang dari berbagai daerah. “Malam kami tutup,” jelasnya Senin (17/8).

Dijelaskan, 1 Suro atau Muharram jatuh pada Kamis (20/8). Saat situasi normal, pada malam sebelumnya para peziarah datang untuk berdoa. Namun, pemerintah melarang kegiatan ini karena pandemi belum berakhir.

Joko menjelaskan, pihaknya tetap membuka wisata ziarah seperti hari sebelumnya. Hanya saja, tidak ada tambahan waktu di malam hari. ”Siang sampai pukul 15.00, setelah selesai kami tutup total rapat,” tegasnya.

Pihaknya akan menyiagakan petugas agar para peziarah mematuhi ketentuan ini. “Akan ada Satpol PP. Khusus untuk 1 suro kami jaga supaya tidak ada yang naik,” jelasnya.

Seperti diketahui, malam 1 Suro merupakan tanggal yang cukup sakral. Setiap tahunnya tiga petilasan dipenuhi pengunjung untuk berdoa. Di antaranya Petilasan Syekh Subakir, Kyai Sepanjang, dan Mbah Semar.

Juru Kunci Gunung Tidar, Suparlan, 64, menjelaskan, perayaan ini merupakan yang paling ramai dibanding tanggal-tanggal lain. Bahkan bisa berlangsung satu bulan penuh. “Kalau ruwah dan Suro satu bulan penuh 24 jam. Kalau Syawal hanya siang saja,” jelasnya. (asa/bah)

Magelang