
PEDULI: Ardian Kurniawan Santoso, relawan MRI-ACT, mendatangi Suroto di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, (5/7). ( AHMAD SYARIFUDIN/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Seorang warga Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, ”mengurung diri” di dalam kamar selama sekitar sepuluh tahun. Warga tersebut yakni Suroto.
Lelaki 47 tahun tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya di atas dipan beralas tikar di dalam rumah yang sederhana. Dia berperilaku seperti itu sejak erupsi Gunung Merapi pada 2010 silam.
Sujono, salah seorang saudaranya, menjelaskan, Suroto tidak pernah mandi. Rambutnya sangat panjang. Kuku tangan dan kaki juga begitu panjang. “Dulu normal seperti orang pada umumnya. Dia termasuk semangat hidup semangat bekerja,” jelasnya.
Sujono menduga Suroto mengalami depresi sekitar 2003. Depresi itu kemungkinan dipicu silang pendapat dengan anggota keluarga lain. “Pertama kali bekerja, uang dikasihkan ibunya agar ditabung. Setelah itu pengin beli sepeda motor dari uang tersebut. Ternyata uang itu digunakan untuk keperluan sehari-hari,” jelasnya.
Ketika depresi pada 2003 itu, Suroto mengurung diri selama sekitar dua tahun. Dia kemudian kembali bekerja.
Tetapi, melakukan tindakan kriminal sehingga mendekam di penjara. Setelah bebas, dia pulang dan mengurung diri sampai sekarang.
Suroto hanya keluar kamar untuk buang air besar. Makan disediakan isunya, Sukanthini, 70. Selebihnya, dia hanya berbaring di dipan.
Informasi tentang Suroto tersebut didengar Ardian Kurniawan Santoso, relawan yang tergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT). Dia tergerak membantu.
Sebelumnya, tidak ada yang berani mendekat karena bau. Selain itu, mereka takut Suroto mengamuk. Namun, dengan tangan Ardian, ia menurut dan mau dimandikan.
Ardian mendatangi Suroto. “Saya bangunkan susah sekali. Waswas juga. Jangan-jangan ngamuk. Tapi, dia nurut. Memejamkan mata tapi bisa jalan dipapah. Saya bawa ke kamar mandi. Saya mandikan dengan air hangat,” jelasnya.
Ardian jga memotong rambut dan kuku Suroto. Alas tidur dan pakaian pun diganti. “Kalau mau ngomong, tidak bisa. Hanya meneteskan air mata. Kadang sadar tapi hanya diam saja,” katanya. (asa/amd)