RADAR JOGJA- Tidak ada istilah santai-santai bagi mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) saat berada di kampung halaman selama masa pandemi virus korona (Covid-19) ini. Selama menjalani learn from home (LFH) mereka aktif mendampingi para petani.

Seperti dilakukan Yuliana Tri Nur Hasto, Faisal Andri Saputra, dan Eko Apriliyanto.

Berkolaborasi dengan penyuluh pertanian BPP Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mereka melakukan survei harga dan stok barang dari produsen hingga pemasaran produk di pasar tradisional.

Selain mengunjungi petani cabai, mahasiswa menyambangi peternak ayam petelur dan pedaging. “Kami menghimpun informasi harga komoditas itu di kepada lima petani sebagai produsen langsung,” ujar Yuliana.

Hasil wawancara petani lantas dikolaborasikan dengan informasi dari pedagang sembako di pasar. Hal ini untuk membandingkan selisih harga sembako di tingkat petani dan pasar. Khususnya pada H+7 Lebaran. “Survei ini untuk memantau seberapa jauh ketahanan pangan di wilayah kami,” jelasnya.

Adapun hasil survei tersebut menunjukkan bahwa harga komoditas daging sapi pada H+7 Lebaran sudah kembali normal. Atau mengalami penurunan menjadi Rp 120 ribu/kilogram. Sedangkan saat puncak, harga komoditas serupa mencapai Rp 130 ribu/kilogram.

Sedangkan telur ayam relatif stabil pada kisaran harga Rp 18 ribu per kilogram di tingkat petani. Sementara di pasar cukup fluktuatif, antara Rp 19 ribu hingga Rp 21 ribu per kilogram.

Komoditas daging ayam paling terdampak Covid-19. Jika harga normal sebelum pandemi bisa mencapai Rp 24 ribu per kilogram. Sedangkan saat pandemi, sejak H-14 Lebaran, ayam hidup dari petani dijual Rp 17 ribu. “Saat ini semua naik lagi. melonjak menjadi Rp 35 ribu di pasaran. Sedangkan di petani Rp 28 ribu per kilogramnya,” ungkap Yuliana.

Secara umum, lanjut dia, ketersediaan bahan pokok di Pasar Suruh relatif aman.

Semua yang dilakukan mahasiswa Polbangtan YoMa dalam rangka menjalankan amanat Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Prof Dr Dedi Nursyamsi MAgr. Itu sebagai bentuk dukungan yang diharapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) agar sektor pertanian tidak berhenti selama masa pandemi, saat pandemi, dan pasca pandemi Covid-19. “Pertanian tidak boleh berhenti, saya berharap agar insan pertanian untuk terus aktif bergerak, demi menjaga ketersediaan stok pangan dan olahannya,” tegasnya, sebagaimana penuturan Menteri SYL.

Dedi mengatakan, pangan adalah masalah yang sangat utama yang menentukan hidup matinya suatu bangsa. Oleh karena itu petani diharapkan tetap semangat tanam, semangat panen, dan semangat olah.(*/yog)

Magelang