MUNGKID – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memberi kekancingan pada Makam petilasan BPH Tejokusomo di Dusun Tingal Kulon, Desa Wanurejo, Borobudur. Piagam kekancingan itu bernomor 028/KHPP/Mulud.I/EHE.1948.2015 tertanggal 25 Mulud EHE 1948 /16 Januari 2015 dan ditandatangani GKR Condrokirono.
Secara resmi, piagam di berikan KRT Jatiningrat mewakili Keraton Ngayogyakarta pada Kepala Desa Wanurejo Umi Aminah di halaman makam. Saat acara penyerahan kekancingan piagam tersebut, dilakukan rangkaian penanaman pohon kelapa (cikal). Penanaman dilakukan di halaman makam oleh KRT Jatiningrat. Penanaman cikal sebagai simbol telah dikukuhkanya “Makam Petisalan Puroloyo Cikalan” oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Kepala Desa Wanurejo Umi Aminah mengaku bangga dengan pengukuhan tersebut. Pihaknya sudah berupaya mengajukan ke keraton sejak tujuh tahun lalu. Namun, baru sekarang bisa dilangsungkan pengukuhan tersebut.
“Nantinya, di sekitar makam akan diupayakan perluasan untuk area parkir dan berjualan, agar para wisata ziarah merasa nyaman,” imbuh Umi kemarin (17/5).
masyarakat sekitar perbukitan Menoreh meyakini, makam tersebut merupakan petilasan keturunan Sri Sultan Hamengku Bawono ke-II putra ke-76. Sementara, KRT Jatiningrat mengatakan, setelah menerima pengukuhan ini, hendaknya masyarakat lebih bisa menghargai para leluhur. Tidak sekedar merawat, tetapi juga selalu berdoa memohonkan ampunan.
Kepada masyarakat yang datang berziarah di makam Puroloyo Cikalan tersebut, mereka diminta mendoakan dengan tulus. Melalui doa tersebut, masyarakat juga mendapatkan barkah.
“Kami berharap para abdi dalem yang nanti ditugaskan di makam bisa merawat dengan baik,” pinta Jatiningrat.
Sebelum acara penyerahan piagam itu, terlebih dahulu dilakukan kirab ritual air Umbul Tirta. Warga juga menggelar berbagai kegiatan Gelar Budaya Wanurejo 2015. Kegiatan ini merupakan even tahunan untuk mengangkat potensi seni dan budaya desa setempat.
Minggu siang (17/5), sejumlah kelompok seni dari sembilan dusun di Desa Wanurejo unjuk kebolehan dihadapan ribuan warga Borobudur dan sekitarnya. Mereka melakukan kirab mengelilingi Desa Wanurejo sejauh satu kilometer lebih. Ada kelompok seni tradisional topeng ireng, dayakan, marching band, hingga kirab ogoh-ogok raksasa.
“Setelah ada pengakuan dari Keraton Jogjakarta, harapan kami semoga potensi wisata ziarah di desa ini, khususnya di makam bisa lebih berkembang,” kata Ketua Panitia Gelar Budaya Wanurejo 2015 Bendrat.(ady/hes/ong)

Magelang