MAGELANG – Bulan puasa tak menggendorkan semangat Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial (Disnakertransos) Kota Magelang menanggulangi masalah pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT). Dinas yang dipimpin Aris Nugroho melakukan razia kemarin (4/7). Belasan PGOT berhasil dirazia. Di antaranya, beberapa kali terjaring.Kabid Sosial Disnaktertransos Kota Magelang Iradatin Susilo Siwi mengatakan, banyak di antara yang terazia merupakan orang lama dan tak kapok berurusan dengan aparat. Mereka mengungkapkan alasan kembali ke jalan. Salah satunya karena hasil yang dinilai menggiurkan.
“Mereka terlanjur keenakan mengemis. Karena mendapat hasil yang banyak. Terutama di momen-momen tertentu, seperti Jumat, hari pencairan dana pensiun, bulan puasa, dan Lebaran,” katanya.Razia PGOT merupakan kegiatan tim gabungan dengan Polri, Satpol PP, Dinas Kesehatan, dan Kesbangpolinmas Kota Magelang. Tim disebar ke sejumlah titik rawan PGOT. Seperti kantor pos, Masjid Agung Kauman, beberapa perempatan jalan, dan titik keramaian.”Kami menjaring lebih dari 15 orang, lebih banyak dari bulan lalu sebanyak 13 orang. Bulan ini banyak karena bertepatan dengan bulan puasa dan pencairan dana pensiun. Mereka langsung dikumpulkan di aula Polwil Kedu Magelang untuk pendataan dan pembinaan,” katanya.Mereka yang terjaring, mayoritas pengemis berusia lanjut dan dari berbagai daerah di sekitar Kota Magelang. Seperti Kabupaten Magelang dan Temanggung. Ada beberapa yang tidak membawa kartu identitas berupa kartu tanda penduduk (KTP).
“Bagi yang ber-KTP, kami kembalikan ke alamat masing-masing. Sementara yang tidak, kami kirim ke panti sosial untuk pembinaan lebih lanjut. Bagi yang tidak mau ke panti, kami larang kembali ke jalan. Karena bisa merusak keindahan kota,” katanya.Ira-sapaan Iradatin menambahkan, masalah PGOT tidak mudah ditangani. Karena aktivitas mereka seperti profesi dengan hasil menjanjikan. Setiap kali mengemis, mereka mengantongi uang sebanyak Rp 50 ribu, sampai ratusan ribu rupiah.”Masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama. Kami senantiasa membuka kesempatan bagi mereka mengikuti bimbingan teknis atau pelatihan keahlian di beberapa bidang. Seperti las, kerajinan batik, bengkel, pembuatan makanan, dan lainnya,” katanya.Suginah, 49, pengemis yang terjaring mengaku terpaksa mengemis karena tak ada profesi lain yang bisa dilakukan. Ia ingin menjadi pemulung. Tetapi semua temannya mengajak mengemis, karena penghasilan lebih banyak.”Belum lama jadi pengemis dan baru kali ini terjaring. Inginnya sih tidak mengemis, tapi bagaimana keadaannya seperti ini,” ungkap warga Paten Jurang Magelang Selatan Kota Magelang.(dem/hes)
Lainnya
Terbaru

Sandiaga Uno Sebut Fashion di Pantai Layak Diangkat jadi Even Nasional

Kota Jogja Mencekam, Tawuran Warga Terjadi di Seputaran Ruas Arteri Kota

Gaya Pakaian Disorot Netizen, Endah Subekti Tanggapi secara Diplomatis

Sandiaga Uno Sebut Fashion di Pantai Layak Diangkat jadi Even Nasional

Kota Jogja Mencekam, Tawuran Warga Terjadi di Seputaran Ruas Arteri Kota

Gaya Pakaian Disorot Netizen, Endah Subekti Tanggapi secara Diplomatis

Kirab Waisak Berlangsung Meriah

Malam Mingguan di Malioboro, Jokowi Bagi-Bagi Amplop ke Pedagang Asongan

Jalan-Jalan di Malioboro, Jokowi Ajak Swafoto Warga dan Wisatawan

War Tiket Indonesia vs Argentina Mulai 5 Juni, Bisa Bayar Pakai BRImo!

Prawiro Burger Jawa Berbahan Dasar Nabati

Bangga Berangkatkan Umrah Orang Tua

Miliki Fungsi Komunikasi, Sosial hingga Politik
