RADAR JOGJA – Genap 33 tahun sudah 122 warga Sermo, Hargowilis, Kokap, Kulonprogo terdampak pembangunan Waduk Sermo mereka meninggalkan kampung halaman. Mereka kemudian menetap di Taktoi, Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Belum lama ini mereka pulang menjenguk sanak saudaranya, bagaimana suasananya?

HENDRI UTOMO, Kulonprogo, Radar Jogja

PASCAmeninggalkan Sermo dan mengikuti program transmigrasi khusus pada 27 Desember 1990 silam, mereka baru bisa kembali mengunjungi Kulonprogo pada 18-19 Maret lalu. Sebetulnya sudah lama mereka ingin pulang melihat tanah kelahiran. Namun baru tahun ini kesampaian melalui Fam Trip Wisata Sambang nDesa Rejang Lebong-Kulonprogo yang diinisiasi Dinas Pariwisata Kulonprogo melalui Dana Keistimewaan (Danais) serta dukungan sejumlah pihak dan masyarakat.

Satu dari sekian warga Taktoi itu adalah Sudarmanto. Dia mengaku sudah sangat lama ingin melihat seperti apa bangunan waduk Sermo yang sejak dulu merupakan kampung halaman mereka itu. Suatu kali, ketika Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo berkunjung ke Taktoi, pernah menyampaikan mimpi itu (ingin sekali melihat Waduk Sermo). Sebab, sejak dahulu, warga hanya mendengar “katanya” bendungan sudah jadi. “Dan saat ini Alhamdulillah mimpi itu menjadi kenyataan. Ini momentum yang sangat berharga bagi kami.

Orang ndeso, orang kecil akhirnya benar-benar diperhatikan pemerintah sini, dibiayai pemerintah sini, kami mengacungkan jempol, dua jempol malah. Terima kasih kami masih bisa melihat dengan nyata, bendungan yang megah ini,” ujar Kepala Dukuh Taktoi II Desa Taktoi, Padang Ulak Tanding,Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ini.

Dijelaskan, dulu dirinya mengikuti program transmigran khusus ketika akan dilakukan proyek pembangunan Waduk Sermo. Menurutnya, selama ini Pemkab Kulonprogo sangat baik memberikan perhatian kepada warga trans dari Sermo. Dulu masih dia ingat, pas tahun baru sempat dijenguk. Bahkan dibelikan seperangkat gamelan. Sampai saat ini masih ada. Kesenian di sana juga berkembang. Mereka orang kecil masih (diperhatikan) walaupun sudah puluhan tahun tapi (pemerintah) masih sangat peduli terhadap mereka. “Kami mengucapkan terima kasih atas kepedulian Pemprov DIJ khususnya Pemkab Kulonprogo,” jelasnya.

Warga lain, Imam Suri mengaku sangat senang ikut rombongan pulang ke Kulonprogo. Kendati saat ini dirinya tercatat menjadi warga Taktoi, ia bisa menyaksikan Sendratari Sugriwa Subali. “Karena di sana (Taktoi) tidak ada tarian seperti ini. Terima kasih sekali sudah diajak kesini, menikmati indahnya tarian Sugriwa Subali di Kiskendha,” ungkapnya.

Nurbaiti juga menyampaikan kesan mendalam selama berkunjung pulang ke Kulonprogo, dia menilai Kulonprogo sangat istimewa dan luar biasa. Dia terkesan sekali dengan Kulonprogo, tempatnya sangatlah asri, nyaman, warganya begitu ramah, pokoknya luar biasa. “Kulonprogo sangat istimewa, amazing,” ucapnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo Joko Mursito mengatakan, pihaknya memang sengaja menyiapkan Fam Trip Wisata Sambang nDesa secara spesial untuk warga Taktoi ke Kulonprogo. Sebab ikut merasakan perjuangan serta pengorbanan warga Taktoi saat meninggalkan Kulonprogo. “Mereka sudah sekian lama memendam kerinduan menengok kampung halaman,” ucapnya.

Rangkaian kegiatan pun disiapkan dan dilaksanakan. Di antaranya fasilitasi perjalanan, kenduri nyadran bersama di tepi Waduk Sermo. Ada juga prosesi penyatuan tanah dan air yang dibawa dari Rejang Lebong dengan tanah dan air di Hargowilis, Kokap, Kulonprogo. Peletakan batu pertama Prasasti Nama Transmigran Bedol Desa Sermo Hargowilis, prosesi tabur bunga dari atas kapal di Waduk Sermo. “Kami juga fasilitasi pertemuan warga Taktoi dengan dr. Hasto Wardoyo,Sp.OG(K) di Hotel Dafam Signature YIA sekaligus berkunjung ke YIA, melewati Underpass YIA, bersantai di Laguna Pantai Glagah dan makan di Plaza Kuliner Glagah, menikmati Wayang Wisata Istimewa,” jelasnya.

Tidak selesai sampai di situ. Mereka juga diajak untuk mengenang wisata Gua Kiskendo plus Sendratari Sugriwa Subali, kemudian mengunjungi sentra kuliner di Kulonprogo dan pusat oleh-oleh. Hingga Minggu (19/3) mereka harus melalui susana malam yang haru ketika harus berpisah untuk kembali dari Hargowilis ke Taktoi. Warga saling berpelukan. Tak sedikit yang meneteskan air mata.(din)

Kulonprogo