
TERENDAM : Kondisi SD Negeri Palihan Lor di Padukuhan Melangsen, Kalurahan Palihan, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulonprogo terendam banjir pada Kamis (17/6). Banjir tersebut disebabkan karena hujan lebat yang terjadi Rabu (16/6).(IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Seiring dengan tingginya intensitas hujan akhir-akhir ini, bencana tanah longsor kembali menjadi ancaman bagi sebagian wilayah di Kulonprogo. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat ada lima kapanewon yang menjadi perhatian bencana tanah longsor.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulonprogo Edi Wibowo menyampaikan, ada lima kapanewon yang memiliki ancaman bencana tanah longsor. Wilayah tersebut meliputi kapanewon Kalibawang, Girimulyo, Samigaluh, Kokap dan sebagian wilayah Pengasih.
Edi mengungkapkan, wilayah yang memiliki ancaman tanah longsor mayoritas memang berada di perbukitan. Sebab karakter tanah di wilayah perbukitan memiliki kontur tanah miring dan berjenis gambut.”Untuk lokasi potensi longsor memang masih tetap di wilayah perbukitan menoreh,” ujar Edi saat dikonfirmasi Radar Jogja, Kamis (17/6).
Edi melanjutkan, pada Rabu (16/6) sebagian wilayah Kulonprogo sempat diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Adanya kondisi tersebut membuat sebagian wilayah mendapat dampak bencana hidrometeorologi.
Dari catatan BPBD Kulonprogo ada empat titik yang mendapat dampak dari hujan angin itu. Diantaranya banjir genangan di Simpang Tiga Demen, pohon tumbang yang mengenai rumah warga di Kapanewon Pengasih, serta tanah longsor di dua tempat di Kalibiru, kapanewon Kokap.

Melihat kondisi cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini, Edi menghimbau agar masyarakat waspada terhadap potensi bencana. Khususnya terhadap potensi bencana longsor, banjir dan angin kencang. “Diharapkan segera mengungsi jika berada di lokasi yang rawan bencana,” imbaunya.
Sebelumnya, Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Etik Setyaningrum mengatakan bahwa sejak bulan Mei kemarin wilayah Jogjakarta sudah memasuki awal musim kemarau. Namun demikian memang sebagian wilayah lainnya tetap mengalami turun hujan.
Lanjut Etik, meskipun terkadang hujan masih muncul di beberapa tempat. Hal tersebut tidak menandakan bahwa wilayah Jogjakarta masih memasuki musim hujan. Tetapi hanya hujan yang terjadi pada periode musim kemarau. “Untuk puncak musim kemaraunya di wilayah Jogjakarta diprediksi akan terjadi pada bulan Juli-Agustus 2021,” ujar Etik. (inu/pra)