
KOMITMEN: Warga Srikayangan, Kapanewon Sentolo, Kulonprogo saat membacakan ikrar bersama dalam acara Syawalan dan silaturahmi di kompleks masjid kalurahan setempat, kemarin (15/5).(HENDRI UTOMO / RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Ada yang berbeda dalam kegiatan Syawalan dan silaturahmi yang dilakukan warga di Kalurahan Srikayangan, Kapanewon Sentolo, Kulonprogo, Minggu (15/5). Acara yang didominasi kaum muda yang tergabung dalam Karang Taruna ini diselingi pembacaan ikrar atau deklarasi kesetiaan kepada NKRI.
Ketua Karang Taruna Srikayangan, Febri Nugroho mengatakan, kegiatan ini ini diikuti sekitar 300 peserta. Semua membacakan ikrar satu semangat menjaga NKRI, merawat kesatuan dan kerukunan warga serta menolak paham di luar bingkai Pancasila dan UUD 1945. “Di daerah kami disinyalir sempat muncul paham-paham ideologi yang berpotensi memecah belah persatuan,” ucapnya.
Dijelaskan, warga khawatir. Sebab sempat ada yang mencoba menanamkan ideologi anti NKRI di Klumutan, dan ikut kegiatan kali ini hampir semua pernah dibujuk dan diajak. “Kalau gerakannya tidak terlihat. Diam-diam dengan konsep ajaran yang menyimpang,” jelasnya.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kulonprogo Jazil Ambar Was’an mengucapkan terima kasih kepada para pemuda Karang Taruna yang telah menginisiasi pertemuan kali ini. Ia membenarkan di lingkungan kanan kiri Srikayangan sempat ada indikasi masuknya ajaran yang kurang pas.
Pemkab Kulonprogo bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) hadir dengan harapan, fenomena yang ada di Srikayangan terkikis. Sebab, persatuan dan kesatuan tetap yang utama dan harus tetap dijaga. NKRI harga mati, kecintaan terhadap bangsa dan negara harus ditanamkan secara dini. “Jika tidak, dikhawatirkan mudah terpengaruh dengan ideologi lain. Sebagai sebuah komitmen, ikrar atau deklarasi ini sangat baik, kesetiaan generasi muda terhadap NKRI harus tetap ditumbuhkan, dijaga jangan sampai luntur dan terkoyak,” ucapnya.
Kapolres Kulonprogo AKBP Muharomah Fajarini menambahkan, pluralisme dan kemajemukan Indonesia sejauh ini membuat iri bangsa asing. Sebagai bangsa Indonesia harus bangga dengan persatuan dan kesatuan yang sudah dirintis dan dijaga selama ini. “Jika merasa beragama kok bikin resah, tentu ada yang salah dalam memahami agama itu.
Toleransi beragama juga harus ditanamkan sejak dini,” ucapnya.
Menurutnya, persatuan itu serupa sapu, perkembangan pembangunan yang tengah terjadi di Kulonprogo dipastikan akan memunculkan gesekan. Namun ibarat lidi, jangan sampai berdiri sendiri, ibarat sapu jangan sampai terurai. “Jaga kesatuan dan persatuan, mulai dari lingkungan keluarga,” ujarnya. (tom/din)