
BEDA : Tempat pengamatan pesawat di sisi selatan YIA banyak diakses warga untuk mengisi waktu sambil menunggu saat berbuka bersama,.(HENDRI UTOMO / KULONPROGO)
RADAR JOGJA – Yogyakarta International Airport (YIA) sejak awal kehadirannya memang cukup mencuri perhatian publik. Menjadi daya tarik tersendiri, termasuk saat bulan puasa. Bandara yang berada di dekat pantai itu sontak menjadi objek yang berbeda, lokasi yang unik untuk sekedar menghabiskan waktu, menunggu berbuka puasa (ngabuburit).
Ngabuburit murah meriah, tidak perlu masuk ke area bandara, melainkan cukup melalui pos serupa gubuk pengamatan pesawat di sisi selatan bandara yang terletak di Kawasan Pantai Glagah, Temon, Kulonprogo. Tidak jauh dari tempat pemungutan retribusi (TPR), sekitar 5 kilometer di area wisata pantai Glagah.
Salah satu pengunjung, Rony Wijaya Murti, 31, warga Glagah mengaku cukup sering ngabuburit dengan menonton pesawat take off-landing dari tempat tersebut. Ia juga membawa istri dan anaknya, yang masih bayi. “Sering, apalagi kalau pas weekend saya pasti kesini. Gimana yang, ngabuburit sambil nonton pesawat kan sederhana tapi mengasyikkan. Murah juga, sambil edukasi anak soal pesawat terbang,” ucapnya, Senin (11/4).
Benar saja, ketika masuk ke Pantai Glagah pengunjung bisa mengakses bangunan semi permanen panggung bambu. Tempat untuk rehat sederhana dengan penopang kayu berikut dengan tempat duduk dan atap paranet untuk melindungi sengatan sinar matahari. Datang tidak perlu takut kantong jebol, tiketnya cuma Rp 5.000 per orang.
“Ini tempat pengamatan pesawat, sudah saya buat sejak 2 tahun silam kok. Dibangun kelompok untuk menambah penghasilan, khususnya anak-anak muda disini yang belum punya pekerjaan tetap,” ucap salah pengelola tempat pengamatan pesawat, Untoro.
Dijelaskan, ide awal muncul ketika banyak wisatawan datang ke Pantai Glagah hanya untuk melihat proses pesawat terbang take off-landing di YIA. Kebetulan lokasinya cukup dekat dengan landasan pacu bandara dan hanya tersekat pagar. “Ya karena ada peluang, coba kami tangkap. Bersama-sama dengan kelompok kemudian dibuatlah tempat ini, ya lumayan lah,” jelasnya.
Menurutnya, selama bulan Ramadan pengunjung ramai di sore hari. Omzet penghasilan bahkan mencapai Rp 1 juta saat akhir pekan. “Kalau Rp 1 juta itu dibagi Rp 5.000 (harga tiket masuk) itu berapa ya kira-kira, ya sekitar 200 orang, lumayan ramai,” ujarnya. (tom/bah)