
MELUAS: Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo memasang selang tangki air ke bak penampungan saat droping air bersih di Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Rabu (11/7). (HENDRI UTOMO/RADAR JOGJA)

KULONPROGO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo mencatat kekeringan di Kulonprogo semakin meluas. Sebelumnya hanya 12 desa, bertambah menjadi 13 desa di enam kecamatan.
“Satu desa yang baru dilanda kekeringan yakni Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Ariadi Rabu (11/7).
Sementara di Samigaluh, saat ini ada dua desa yang sudah mengalami kekeringan total dan masuk daftar penanganan droping air. Sedikitnya ada 20 tangki yang sudah diserahkan dari 150 tangki bantuan yang dialokasikan pihak ketiga.
“Penyaluran droping air diprioritaskan untuk lokasi yang benar-benar kekeringan,” ujar Ariadi.
Kasi Perlindungan Sosial dan Korban Bencana, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Sumiyati mengatakan pihaknya telah memetakan 18 desa yang masuk kawasan rawan kekeringan. Dia mendapat alokasi 100 tangki air dari APBD DIJ.
“Kewenangan kami hanya menyalurkan air, upaya pencegahan kekeringan menjadi kewenangan OPD lain,” kata Sumiyati.
Ditegaskan, droping air bersih selama ini menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Istimewa Jogjakarta (APBD DIJ), APBD Kulonprogo tidak menjangkau pembiayaan droping tersebut.
“Dana dari APBD DIJ dan Kementerian, ada pula yang dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dan swadaya Taruna Siaga Bencana (Tagana). Kalau dana APBD Kabupaten belum ada. Kalaupun ada dana, masuknya ke BPBD dan biasanya kalau sudah masuk status darurat bencana,” kata Sumiyati.
Tahun ini, Dinsos P3A mendapat bantuan APBD DIJ sebanyak 100 tangki air bersih. Namun bantuan itu belum dapat didistribusikan karena baru dapat direalisasikan Agustus 2018.
“Jadi air yang sudah terdistribusikan baru berasal dari swadaya Tagana dan tanggung jawab sosial perusahaan. Antara lain sebanyak 20 tangki dari total 150 tangki bantuan yang diberikan lewat BPBD Kulonprogo,” ujar Sumiyati.
Koordinator Tagana Kulonprogo Miskijo mengatakan ide membuat sumur bor muncul ketika mendapat tugas mendistribusikan air bersih. Pembuatan sumur bisa dilakukan dengan cara swadaya anggota Tagana.
“Ini murni ide kami setelah bertugas di lapangan. Tidak ada anggaran tertentu, semua peralatan yang dibutuhkan untuk membuat sumur sudah ada,” kata Miskijo. (tom/iwa/fn)