RADAR JOGJA- Masa pandemi terdapat peningkatan angka kehamilan tidak direncanakan serta pengajuan dispensasi pernikahan atau pernikahan di bawah umur.

Kondisi tersebut akan mengkhawatirkan bila tidak segera diantisipasi. Maka pemerintah terus mendorong Program Keluarga Berencana (KB) bagi masyarakat.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa kehamilan tidak direncanakan setidaknya dapat bersumber pada dua hal. Yakni pasangan usia subur yang tidak segera melakukan kontrasepsi pasca persalinan atau abortus, serta kehamilan tanpa pernikahan.

“Keduanya bisa terjadi karena mereka tidak memahami kesehatan reproduksi, sehingga perlu diberikan edukasi atau pemahaman terkait masalah ini,” ujar Hasto, Rabu (30/9).

Hasto menjelaskan untuk memberikan sosialisasi dan layanan kontrasepsi, BKKBN terus menggiatkan program keluarga berencana (KB) di daerah-daerah Indonesia, terutama selama masa Pandemi Corona Virus Desease 2019 (COVID-19). Banyak perempuan usia produktif yang tidak berani datang ke fasilitas keluarga berencana selama pandemi karena takut tertular virus corona.

“BKKBN mengubah strategi. Penyuluh kini boleh membawa alat kontrasepsi yang disampaikan ke fasyankes. Kami juga membuka layanan KB di banyak titik, juga meluncurkan Gerakan Sejuta Akseptor dan melakukan pemasangan alat kontrasepsi gratis, mudah diakses dan tersedia,” tutur Hasto.

Hasto menambahkan pentingnya  mengubah  persepsi tentang  pendidikan  seksual,  mengingat  pendidikan  ini  sangat  perlu  dilakukan  sejak  dini,  bahkan kepada  anak anak.  Pendidikan  seksual,  menurutnya,  tidak  sekadar  tentang  hubungan  seksual, melainkan juga  perlindungan  kesehatan  sehingga  jangan dianggap tabu.

Dalam era globalisasi  ini,  anak dan  remaja yang cenderung  lebih  mempercayai informasi  dari  dunia  maya  dan  teman  sebaya, sehingga  orang  tua  memiliki  tantangan  tersendiri untuk  menyampaikan  nilai nilai  luhur  kepada  anak.

“Diharapkan  orang  tua  mau  belajar agar  dapat mendidik  anak  sesuai  zamannya,”ucap  Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

Kepala Perwakilan BKKBN DIJ,Chinggih Widanarto menuturkan di jogjakarta kebijakan dan strategi pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam masa Pandemi COVID-19 salah satunya bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan kesertaan KB Aktif.

“Selain untuk meningkatkan peserta KB baru, KB pasca persalinan dan keguguran, dan menurunkan angka unmetneed (orang yang seharusnya ber-KB, karena tidak ingin anak lagi atau anak ditunda, tetapi tidak ber-KB).

Jogjakarta  dengan Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 497.879, angka Peserta KB Aktif (PA) mencapai 75,75 persen, dan angka unmetneed 8,81 persen,” ujar  Chinggih Widanarto.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan DIJ, Prahesti Fajarwati menuturkan Dinas Kesehatan DIJ mencatat angka kehamilan tidak dikehendaki atau KTD selama  pandemi Covid-19 pada tahun pertama pandemi 2020 menjadi tertinggi sepanjang lima tahun terakhir atau sejak 2015 yang tak pernah melampaui 1.000 kasus dalam setahun.

Sepanjang 2019 angka KTD itu 939 kasus, maka sepanjang 2020 naik 2,3 persen menjadi 1.032 kasus. Sampai pertengahan tahun ini atau hingga Juni 2021, kasus KTD trennya mengalami penurunan dibanding tahun lalu yakni sebesar 1,79 persen.

Kasus KTD dari pasangan yang sudah menikah dipicu karena berbagai faktor, misalnya program keluarga berencana (KB) gagal atau belum merencanakan tapi kebobolan. “Program KB gagal ini bisa dipicu berbagai faktor, salah satunya pasangan suami istri masih takut mendatangi fasilitas layanan kesehatan saat pandemi,” ujarnya.

Duta  GenRe  Indonesia  Putra  2021  Fiqih  Aghniyan  Hidayat  menyebutkan,  berdasarkan  data  dari Kementerian  Pemberdayaan  Perempuan  dan  Perlindungan  Anak,  pada  2020,  terdapat  lebih  dari  64 ribu  pengajuan  dispensasi  pernikahan  anak  bawah  umur .

“Sebabnya, mungkin  karena  di  masa  pandemi  anak tidak  ke sekolah  jadi  akhirnya  memilih menikah, serta  adanya  faktor  ekonomi  keluarga.  Selain itu,  karena  terjadi  kehamilan tidak  diinginkan,  di  mana pola  asuh keluarga  kurang  berjalan baik  di  masa  pandemi  ini,”  jelas Fiqih.

Psikolog  Inez  Kristanti  menegaskan,  punya  anak  dan  berkeluarga  itu  butuh  kesiapan  psikologis  dan sebaiknya  direncanakan  dengan  matang.  Pasangan  yang  si ap  secara  psikologis  akan  membantu mereka  jadi  orang  tua  yang  baik,  bisa  mendidik  dengan  benar,  lebih  bahagia.  Setelah  menikah, pasangan  harus  bisa  menjadi  satu  tim  dan  tidak  bersaing.

“Sebelum  membangun  keluarga, diperlukan  banyak  persiapan  seperti  pemeriksaan kesehatan,  konseling  pernikahan,  persiapan  keuangan, juga  menyelaraskan  rancana  dengan pasangan. Perencana  Keuangan  ( Financial  Planner,”tegas Inez Kristanti.  (sky)

Kesehatan