RADAR JOGJA – Sistem kesehatan mental di sekolah dinilai sangat penting. Sebab kejahatan remaja seperti tawuran, narkoba hingga kejahatan jalanan atau klithih, berawal dari kondisi mental seorang anak.

Pembina Lembaga Advokasi Keluarga Indonesia (LAKI) Bagus Riyono saat audiensi ke Dinas Pendidikan Kota Jogja menginisiasi program school based mental health. Tujuannya membantu sekolah membuat sistem yang bisa menjaga kesehatan mental anak-anak.

“Bentuk program, semacam membangun sistem yang akan menjadi support sistem kepada anak-anak di sekolah. Supaya mereka terjaga kesehatan mentalnya,” ujarnya kemarin (24/5).

Menurutnya, stigma guru bimbingan penyuluhan (BP) masih dianggap momok bagi para siswa. Kecenderungan justru tidak disukai. Maka disarankan untuk dikemas lebih inovatif dan menyenangkan.

“Karena kalau dipanggil BP kesannya anak nakal, padahal tidak. Makanya kita mengusahakan pola komunikasi dan wawasan tentang hal itu,” jelasnya.
Program lain yang diusulkan adalah adanya agen kesehatan mental dari siswa. Mereka dinilai lebih dekat dengan teman-temannya, sehingga dapat dididik menjadi agen perubahan.

“Dia dibekali sesuatu, jadi teman yang bermasalah bisa dekat dengannya. Guru BP juga, jadi bertingkat-tingkat, sehingga tidak susah mendapatkan akses kesehatan mental,” jelasnya.

Sementara itu, Plh Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Jogja Deni Sudaryanto menyambut baik program ini. Terlebih tujuannya untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi anak, selaras dengan ajaran Ki Hajar Dewantara.

“Semoga menjadi awal menciptakan dunia pendidikan kita lebih indah lagi. Kami masih menunggu detail program yang akan kita terapkan, semoga bisa menjadi model baru,” jelasnya.

Diketahui, program school-based mental health merupakan kerja sama antara LAKI dan Yayasan Rumpun Nurani dengan bantuan pendanaan dari The Equity Initiative. Program ini akan berlangsung tiga tahun dengan fokus berbeda. (lan/laz)

Jogja Utama