RADAR JOGJA – Kasus kekerasan yang dilakukan pelajar di Kota Jogja masih sering ditemui. Persaingan antargeng disinyalir jadi salah satu penyebabnya. Polresta Jogja pun menyisir tongkrongan Geng Respect. Hal itu terkait dengan pengeroyokan pelajar SMP inisial AF pada Senin (8/5) sekitar pukul 18.15.

Penyisiran dilakukan di RW 03 Kelurahan Wirobrajan, Kota Jogja, Rabu (24/5). Dipimpin Kasat Reskrim Polresta Jogja AKP Archye Nevada. Tongkrongan yang digunakan Geng Respect berupa warung klontong yang disediakan tempat duduk. Archye menyebut, anggota Geng Respect mayoritas berstatus pelajar.

Menurutnya, lima pengeroyok AF yang sudah ditangkap mengaku memiliki tongkrongan di Wirobrajan ini. Sebelum beraksi dan sesudah beraksi di tongkrongan itu lah digunakan para pelaku untuk berkumpul.

Dalam kesempatan ini juga, kepolisian bertemu Ketua RT dan RW setempat. Dari pertemuan itu, Archye berharap bisa mendapatkan informasi dari pengurus RT/RW. Dia pun berpesan, “Apabila nantinya Geng Respect atau geng kelompok sekolah tersebut datang kembali dan merencanakan sesuatu terkait tindak kejahatan agar segera melaporkan ke pihak yang berwajib.”

Dari pertemuan ini, Polresta Jogja juga menempelkan stiker yang terdapat nomor pengaduan. Sehingga, bisa langsung melaporkannya karena nomornya aktif 24 jam.

Sayangnya saat penyisiran yang dilakukan Polresta Jogja kemarin tidak ada siswa yang nongkrong. Archye menyebut, itu terjadi karena ada ujian dan banyak siswa yang libur. “Sementara hari ini kita datangi basecamp ini untuk imbauan kepada tokoh masyarakat ke depan bisa mencegah agar anak-anak tersebut tidak sampai terjerumus ke arah negatif,” tuturnya.

Di tempat yang sama Ketua RW 03 Edi Triyono dan pemilik mengaku,warung klontong miliknya sering dipakai nonkrong. Ia pun pernah sesekali mendengar pembicaraan Geng Respect perihal tawuran. Tetapi, hal tersebut tidak terlalu sering.

Edi hanya merasa aneh saja mendengarkan itu karena anak sekolah, tetapi tidak membicarakan nilai pelajaran. “Enggak ke arah belajar (pembicaraannya). Jadi tidak karuan di situ,” ungkapnya.

Menurutnya, Geng Respect yang nonkrong di warungnya hanya untuk sekadar minum saja. Mayoritas, kata Edi mereka sekolah di SMA Muhammdiyah Tujuh (Mutu). Namun, ada juga yang tingkat SMP juga ikut nonkrong.

Selain itu, ada juga alumni yang ikut nonkrong di warung klontong milik Edi. Menurutnya, jika alumni yang tidak di drop out (DO) itu masih dalam taraf aman. Tetapi, jika alumni yang mengalami DO yang kadang mempengaruhi ke arah negatif. “Jika alumni (lulus) biasanya masih dalam taraf baik, kalo alumnus (DO) yang bahaya,” ujarnya.

Kendati begitu, dengan kedatangan aparat polisi, Edi sangat mengapresiasinya. Apalagi ditambah diberikan nomor WhatsApp yang aktif 24 jam sehingga jelas untuk melaporkan jika ada tindak pidana kejahatan. “Jika nanti emang rawan dan emergency juga tak bel (telepon) aja bapaknya,” jelasnya. (cr3/pra)

Jogja Utama