RADAR JOGJA – Padukuhan Jaten, Argosari, Sedayu terkenal sebagai sentra pembuatan sangkar burung. Secara turun-temurun warga Dusun Jaten menggeluti pekerjaan sebagai pembuat sangkar burung.

Dukuh Jaten Roh Pitutur menjelaskan, dia tidak mengetahui pasti, tahun berapa warga Jaten menjdi pembuat sangkar burung. Namun dia hanya mengetahui, pembuatan sangkar burung dilakukan sejak sebelum Indonesia merdeka. “Dari simbah-simbah dulu, di sini pembuat sangkar burung perkutut,” bebernya saat dihubungi Radar Jogja Minggu (21/5).

Saat ini, ada sekitar 280 orang yang menggeluti usaha ini. Angka tersebut dihitung dari jumlah kepala keluarga (KK) yang terdaftar, ditambah dengan anggota keluarga yang membantu.

Sangkar burung yang diproduksi di Jaten, memiliki ciri khas tersendiri. Dinamakan sangkar burung Mataraman. Ciri khas itu disandang karena sangkar burung yang dibuat di Dusun Jaten khusus untuk burung perkutut yang dilombakan. Biasanya untuk jenis burung puter dan tekukur. “Ketika bilang Mataraman pasti mereka bilang dari Dusun Jaten,” tambahnya.

Pitutur menuturkan, cara warganya memasarkan sangkar burung beragam. Ada yang memasarkannya ke pengepul, maupun menjualnya melalui online dan dimonisai oleh kalangan muda. “Soalnya kalau luar Jawa mahal ongkos kirimnya,” tuturnya.

Terpisah, warga Jaten Purnomo, 33, mengaku memang sudah puluhan tahun jadi pembuat sangkar burung. Ia mengawali menjadi pembuat sangkar burung dari kecil.

Menurutnya, hal itu karena orang tuanya bahkan kakeknya yang juga berprofesi sebagai pembuat sangkar burung. Namun, saat ini bentuk sangkar yang dibuatnya mengikuti perkembangan zaman. “Kalau zaman dulu kan sangkar yang bentuknya kotak, kalau sekarang yang bulat khusus buat perkutut,” jelasnya.

Sementara itu, pembuat sangkar burung lainnya Paiman, 47, mengatakan, pembelinya banyak yang berasal dari Cikarang, Jawa Barat.
Paiman mengaku biasanya membuat sangkar burung sebanyak 10-12 buah per minggu. Harga satu sangkar burung sekitar Rp 125 ribu. “Omzet kurang lebih Rp 5 juta sampai Rp 6 juta kotor, belum kepotong harga bahan,” ucapnya. (cr3/eno)

Jogja Utama