RADAR JOGJA – Olahraga kini dipilih sebagai bagian dari gaya hidup. Khususnya bagi masayarakat urban. Mereka akan meluangkan waktu untuk berolahraga di tengah-tengah aktivitas yang padat.

Hal itu diungkapkan oleh Chrysanthus Erastianto, warga Muja Muju, Umbulharjo, Kota Jogja. Eras, sapaan akrabnya, memilih berolahraga untuk menjaga pola hidupnya yang monoton. Olahraga sudah dia anggap refreshing agar tak jenuh. “Karena dasarnya memang suka olahraga, apalagi pernah terjebak pola hidup yang sama sekali nggak pernah olahraga,” katanya kepada Radar Jogja Jumat (24/3).

Maka dari itu, dia memilih untuk berolahraga untuk menjaga kesehatan. Olahraga yang dia pilih adalah badminton. Karena menurutnya, badminton atau bulutangkis tidak membutuhkan banyak orang yang terlibat. Apalagi di usia-usia pekerja, badminton menjadi salah satu olahraga yang mudah digapai dari segi waktu, tempat, dan partner. “Juga bukan permainan yang membutuhkan kontak fisik yang bikin rentan cedera,” ujar lelaki yang berprofesi guru ini.

Biasanya, dia berolahraga bulutangkis sekitar dua sampai tiga kali seminggu. Atau lima sampai tujuh kali dalam sebulan. Badminton juga dianggap ramah kantong lantaran hanya perlu merogoh kocek Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu untuk iuran menyewa tempat. “Untuk peralatan paling cuma shuttlecock Rp 50 ribu, kalau raket sudah punya sendiri,” ungkap lelaki 27 tahun ini.

Hal senada juga diungkapkan Aloysius Dhimas Trikurnian. Warga Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman ini menganggap kesibukan sehari-hari harus diimbangi dengan kesehatan. Jangan sampai tubuh jatuh sakit karena kesibukan yang padat. “Semua penat sebelumnya akan hilang, jadi lebih fresh dan juga lebih sehat,” tuturnya.

Olahraga yang dia pilih di sela kesibukannya juga bulutangkis. Sebab, sejak kecil ia memang hobi bulutangkis. “Pernah masuk klub bulutangkis juga waktu kecil,” ungkap Dhimas.

Dia sendiri melakukannya sebanyak dua kali dalam sebulan. Dia pun tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Untuk menyewa lapangan di kisaran Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu. “Tapi karena banyak orang, jadi harga itu dibagi sama rata,” katanya.

Yang jelas, dia menganggap olahraga di sela kesibukan sebagai refreshing atau pelarian di sela penat dengan pekerjaannya. “Karena bawaannya fun jadi cukup mengurangi stres karena pekerjaan. Selain itu ada manfaatnya untuk menjaga kesehatan,” pungkas lelaki 26 tahun ini. (tyo/eno)

Jogja Utama